Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Hai, ananda hebat se-Indonesia. Kali ini kita akan kembali belajar pendidikan agama Islam dan budi bukerti untuk kelas 12 dalam bab 2 dengan tema Indahnya Hidup Bermakna. Sebelum memulai pembelajaran, tentu kita harus tahu dulu Apa tujuan pembelajaran kita kali ini? Di dalam pelajaran kali ini, kita akan Yang pertama, menjelaskan pengertian iman, Islam, dan Ihsan Yang kedua, kita akan mengidentifikasi dalil-dalil terkait iman, Islam, dan Ihsan Yang ketiga, kita akan mengklasifikasi makna iman, Islam, dan Ihsan Yang keempat, kita akan menganalisis keutamaan iman, islam, dan ihsan.
Berikutnya, kita akan mencoba untuk mendemonstrasikan perilaku iman, islam, dan ihsan. Dan yang terakhir, kita akan menganalisis karakter dalam mencapai insan kamil, yang mana insan kamil ini adalah perwujudan dari iman, islam, dan ihsan. Lalu bagaimana cara kita untuk mempelajari bab ini?
Ada beberapa hal yang akan kita pelajari. Yang pertama kita akan mulai dari makna dan hakikat iman. Setelah itu kita akan mempelajari makna dan hakikat Islam.
Berikutnya kita akan mempelajari makna dan hakikat Ihsan. Kemudian kita akan melihat kedudukan iman. Islam dan Ihsan serta hubungan ketiganya.
Yang kesemua itu nanti akan bermuara pada pembentukan karakter insan kamil. Ananda semua, ada sebuah kisah inspiratif yang akan menggugah jiwa kita yang juga berkenaan dengan materi yang akan kita pelajari. Kisah ini berjudul, Pengemis Yahudi yang Buta.
Alkisah, di sudut pasar Madinah Al-Munawwarah, ada seorang pengemis Yahudi yang buta, yang apabila orang-orang mendekatinya, dia pasti akan berkata, Wahai saudaraku, jangan pernah engkau dekati Muhammad. Dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir. Kalau kalian mendekatinya, kalian pasti akan dipengaruhinya.
Setiap pagi, Rasulullah mendatanginya dan membawakan makanan kepada pengemis itu, tanpa berkata sepatah katapun. Tidak hanya itu, Rasulullah juga menyuapi makanan yang dibawanya kepada si pengemis itu. Pada saat menyuapinya, si pengemis Yahudi itu tetap berpesan agar tidak pernah dekat dengan orang yang bernama Muhammad.
Rasulullah setiap hari selalu menyuapi pengemis Yahudi itu hingga menjelang beliau wafat. Hingga pada hari terakhir ketika beliau mengunjungi si pengemis Yahudi tersebut, ketika beliau sedang menyuapinya, si pengemis Yahudi tetap berpesan, Wahai lelaki baik, jangan pernah engkau dekati yang namanya Muhammad. Dia itu orang gila, dia itu pembohong.
Dia tukang sihir, jangan pernah engkau dekati dia. Nanti engkau akan terpengaruh sementara engkau adalah orang baik. Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, suatu hari Abu Bakar berkunjung ke rumah putrinya Aisyah RA yang juga merupakan istri Rasulullah. Beliau lantas bertanya kepada putrinya.
Wahai anakku, adakah sunnah Nabi Muhammad yang belum aku kerjakan? Kemudian Aisyah R.A. menjawab, Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah.
Hampir tak ada satupun sunnah yang belum engkau kerjakan, kecuali satu sunnah saja. Lantas Abu Bakar kaget, Apakah itu, wahai putriku? Kemudian Aisyah menjawab, Setiap pagi, Rasulullah selalu pergi ke ujung pasar Madinah dan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana. Keesokan harinya, Abu Bakar pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis itu. Abu Bakar mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepadanya.
Ketika Abu Bakar mulai menyuapinya, si pengemis tersebut lantas marah sambil berteriak. Siapakah kamu? Abu Bakar menjawab, Aku orang biasa, yang biasa mengantarkan makanan kepadamu.
Pengemis itu menjawab, Bukan, engkau bukan orang yang biasa mendatangiku. Jawab si pengemis buta itu. Orang yang biasa mendatangiku itu, jika dia datang kepadaku, tanganku tak akan susah memegang, mulutku tak susah mengunyah.
Karena dia selalu menyuapiku. Kemudian dia akan menghaluskan makanan itu dengan mulutnya sehingga lumat. Dan aku tidak susah untuk mengunyah.
Kau bukanlah orang yang sama. Kata pengemis tersebut. Abu Bakar tidak dapat menahan air matanya. Ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu. Aku memang bukan orang yang biasa datang kepadamu.
Aku adalah orang... Aku adalah sahabatnya, orang yang mulia yang setiap hari menyuapimu itu telah tiada. Dia adalah Muhammad Rasulullah SAW. Mendengar cerita Abu Bakar, si pengemis Yahudi tersebut menangis menjadi-jadi.
Dia kemudian berkata, benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya. Aku selalu memfitnahnya, tapi ia tak pernah memarahiku sedikitpun.
Ia datang selalu kepadaku membawa makanan setiap pagi. Ia begitu mulia, sehingga dengan air mata yang berderai, pengemis Yahudi itu akhirnya bersyahadat di hadapan Abu Bakar. Begitulah kisah teladan Rasulullah SAW, yang dengan kebaikan akhlaknya, ia tidak.
pernah menyakiti siapapun yang dengan kelemah lembutannya dan budi baiknya dakwah tetap tersampaikan tanpa harus menyakiti orang lain sekarang kita masuk kepada konsep apa itu iman, islam dan ihsan untuk dapat memahami makna iman islam dan ihsan ini mari kita simak hadis berikut ini yang terjemahannya Dari Umar r.a, ia berkata, ketika kami sedang duduk-duduk di sisi Rasulullah s.a.w., suatu hari, tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam. Tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tak ada seorang pun di antara kami yang mengenalinya. Hingga kemudian ia duduk di hadapan Nabi s.a.w., Lalu menempelkan kedua lututnya kepada kedua lutut Rasulullah SAW, Seraya berkata, Wahai Muhammad, bertahukanlah kepadaku tentang Islam. Maka Rasulullah SAW bersabda, Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Engkau mendirikan sholat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadan, dan pergi haji ke bayi Tuhan jika engkau mampu menempuh jalannya.
Kemudian lelaki tersebut berkata, Iya, kamu benar. Lantas kami semua heran. Dia yang bertanya, dia pula yang membenarkan. Kemudian lelaki tersebut bertanya lagi, Beritahukanlah kepada aku tentang iman. Nabi bersabda, Iman adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikatnya, kitab-kitabnya, rasul-rasulnya, dan hari akhir.
Serta engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk. Kemudian lelaki itu berkata kembali, Ya, kamu benar. Dia berkata lagi, Beritahukan aku tentang Ihsan, Nabi bersabda. Ihsan adalah, Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya.
Jika engkau tak mampu melihatnya, maka sesungguhnya dia melihatmu. Kemudian lelaki tersebut berkata kembali, Beritahukan aku tentang hari kiamat, kapan kejadiannya. Nabi bersabda, yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya. Kemudian dia berkata, Kalau begitu, beritahukan aku tentang tanda-tanda kiamat tersebut. Nabi bersabda, Jika seorang hamba telah melahirkan tuannya, dan jika engkau melihat seseorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan pengemala domba, kemudian mereka berlomba-lomba mendirikan bangunan.
Lantas lelaki itu berlalu, dan aku berdiam diri sebentar. Ujar Umar. Selanjutnya, Rasulullah bertanya, Taukah engkau siapa tadi lelaki yang bertanya itu?
Maka aku, Umar, menjawab, Allah dan Rasulnya lebih mengetahui. Maka Nabi Muhammad SAW bersabda, Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian. Hadis riwayat Muslim. Dari hadis yang sudah disampaikan tadi, Kita sekarang sudah bisa mempelajari apa itu hakikat iman. Iman artinya keyakinan dalam hati yang diucapkan dengan lisan, diamalkan dengan anggota badan tanpa ada keraguan sedikitpun.
Iman dalam agama Islam artinya meyakini adanya wujud Allah, para malaikatnya, kitab-kitabnya, para rasulnya, hari terjadinya kiamat, serta kodo dan kodarnya. Iman mencakup ranah yang berkaitan dengan keyakinan dalam hati, dalam ucapan nisan, serta amal anggota tubuh. Iman itu akan bertambah dengan ketaatan dan akan berkurang karena kemaksiatan kepada Allah SWT. Kedudukan iman lebih tinggi daripada Islam karena iman mencakup yang lebih umum daripada Islam.
Seseorang tidak akan mencapai keimanan yang sempurna hingga ia mampu melaksanakan dan mengwujudkan keislamannya dengan perbuatan nyata dengan cara yang sempurna. Dalam Islam sendiri, jika kita membahas mengenai iman, tentu tidak akan terlepas dari adanya rukun iman yang enam, yaitu iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab, iman kepada rasul, iman kepada kodoh dan kodar, serta iman kepada hari akhir. Iman juga memiliki tiga kriteria sifat. Yang pertama, iman itu bersifat abstrak. Apa maksudnya?
Abstrak itu berarti tidak dapat diukur, karena kadar keimanan seseorang itu berada di dalam hati. Hanya Allah yang maha mengetahui dan dapat mengetahui isi hati seseorang. Yang kedua, iman itu bersifat fluktuatif, artinya naik dan turun.
Iman itu akan naik atau bertambah karena ketaatan kepada Allah dan dia akan berkurang atau turun karena melakukan kemaksiatan kepada Allah. Berikutnya, iman itu memiliki tingkatan. Artinya, tingkat dan kadar keimanan seseorang itu akan berbeda dan tidaklah sama.
Ada orang yang keimanannya kuat, ada orang yang imannya sedang, dan ada juga orang yang kadar imannya itu lemah. Keimanan itu memiliki ciri khas, yaitu selalu dinamis. Mayoritas ulama memandang keimanan selalu beriringan dengan amal soleh. Sehingga mereka selalu menganggap keimanan akan bertambah dengan bertambahnya amal soleh. Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Anfal ayat 2-4.
Mari kita simak bersama-sama. Innamal mu'minuna alladzina idha dhukira Allah wa jilat kulubuhum wa idha tuliat alayhim ayatuhu zadatuhum imana wa ala rabbihim yatawakkanun Sama halnya seperti iman yang tidak dapat dilepaskan dari rukun iman, maka Islam sebagai agama tentu tidak dapat dilepaskan dari rukun Islam, yaitu membaca dua kalimah syahadat, mendirikan sholat lima waktu, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadan, dan naik haji ke bayitullah bagi yang mampu. Lalu, apa saja indikator seseorang bisa disebut muslim? Nah, tentu saja indikatornya dapat dilihat dari bagaimana dia melaksanakan lima perkara yang terangkum dalam rukun Islam.
Jika dia mengabaikan lima perkara yang terdapat dalam rukun Islam tersebut, Tentu keislamannya kurang sempurna, walaupun dia menjalankan salah satunya dengan sempurna. Sementara itu, ihsan berarti kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Allah selalu hadir bersama manusia di manapun dia berada. Orang yang berbuat ihsan disebut dengan muhsin.
Kemudian, ihsan ini juga terbagi menjadi dua macam. Ada yang ihsan. Dalam beribadah kepada Allah, orang yang ihsan dalam beribadah kepada Allah ini akan melakukan amal sebaik-baiknya. Dan ihsan kepada semua pemberian Allah, dia akan memelihara apa yang telah Allah berikan seperti hartanya yang dinafkahkan di jalan Allah SWT. Berikutnya, kita akan mencoba melihat apa hubungan antara iman, Islam, dan ihsan.
Iman, Islam, dan Ihsan itu merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya. Jika diibaratkan sebuah rumah, maka iman adalah fondasinya, Islam adalah tiang-tiang penyangkanya, dan Ihsan adalah atapnya. Sehingga dapat kita ambil kesimpulan bahwa iman merupakan fondasi dasar bagi umat Islam, Islam itu merupakan ajarannya yang harus dilaksanakan dan Ihsan itu memberikan kerangka untuk mengembangkan keimanan itu melalui akhlak yang baik.
Sekarang kita sampai pada tujuan pembelajaran yang terakhir, yaitu bagaimana caranya mewujudkan karakter insan kamil melalui implementasi iman, Islam, dan Ihsan. Ihsan kamil itu adalah manusia yang ideal. yang mempunyai sifat dan akhlak yang terpuji sesuai dengan ajaran Islam. Untuk mewujudkan karakter insan kamil, kita harus memiliki enam unsur.
Yang pertama, unsur yang harus dimiliki yaitu taubat, di mana kita sebagai manusia berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan dan maksiat. Yang kedua, kita harus memiliki sikap waro. Waro itu...
adalah menjauhkan diri dari dosa, maksiat, dan perkataan syubhat atau yang remang-remang hukumnya. Selanjutnya, kita juga harus memiliki karakter zuhud, di mana artinya kita itu tidak boleh terlalu mengaitkan diri kita kepada kecintaan atas dunia. Selanjutnya, kita juga diminta untuk memiliki sifat kona'ah. Kona'ah itu adalah rasa sikap.
Yang merasa cukup atas apa yang telah Allah berikan. Artinya kita tidak menjadi orang yang tamak atau orang yang rakus. Berikutnya kita harus menjadi orang yang sabar.
Sabar dalam menahan diri atau membatasi emosi serta mampu bertahan dalam situasi sulit tanpa mengeluh. Dan yang terakhir kita harus memiliki sifat tawakal yaitu Tidur berserah diri kepada Allah SWT kita sudah sampai di penghujung materi pelajaran untuk menguji pemahamanmu silahkan lakukan tes atau kuis yang ada berikut ini Bagaimana Ananda? Cukup mudah bukan untuk memahami bab ini?
Bagaimana dengan hasil kuisnya? Apakah Ananda bisa mengerjakannya dengan baik? Semoga pelajaran kita kali ini bisa kita implementasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Sekian dulu pelajaran kita kali ini, sampai jumpa di pertemuan berikutnya. Terima kasih.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.