Transcript for:
Sejarah Perang Padri di Sumatera Barat

Intro Perang Padri, Perlawanan Rakyat Sumatera Barat, Latar Belakang 1. Perang Padri terjadi di Tanah Minangkabau, Sumatera Barat pada tahun 1821-1837 Perang ini digerakkan oleh para pembaru Islam yang sedang berkonflik dengan kaum adat. Perang ini bermula adanya pertentangan antara kaum padri atau ulama dengan kaum adat. Kaum ulama ingin memberantas kebiasaan buruk yang dilakukan kaum adat seperti berjudi, menyabung ayam, dan mabuk.

  1. Perebutan pengaruh antara kaum adat dan kaum ulama. Jalannya perlawanan. Pase pertama, 1821. sampai 1825 pada fase pertama dimulai gerakan kaum Padri menyerang pos-pos dan pencegatan terhadap patroli-patroli Belanda dua perlawanan dipimpin oleh Tuanku pasaman sedangkan Belanda dibantu pasukan orang pribumi termasuk juga kaum adat tiga periode tahun 1821 sampai 1825 Hai serangan-serangan kaum Padri memang meluas di seluruh tanah Minangkabau Karena merasa kewalahan dalam melawan kaum padri, maka Belanda mengambil strategi damai. Oleh karena itu, pada tanggal 26 Januari 1824 tercapehlah perundingan damai antara Belanda dengan kaum padri di wilayah Alahan Panjang. Perundingan ini dikenal dengan perjanjian masang.

Tuanku Imam Bonjol juga tidak keberatan dengan adanya perjanjian damai tersebut. Akan tetapi Belanda justru memanfaatkan perdamaian tersebut untuk menduduki daerah-daerah lain. Kemudian Belanda juga memaksa Tuanku Mensiangan dari kota Lawas untuk berunding, tetapi ditolak.

Tuanku Mensiangan justru melakukan perlawanan, tetapi Belanda lebih kuat bahkan pusat pertahanannya kemudian dibakar dan Tuanku Mensiangan ditangkap. Tindakan Belanda itu telah menimbulkan amarah kaum Padri alahan panjang. dan menyatakan pembatalan kesepakatan dalam perjanjian Masang. Tuanku Imam Bonjol menggelorakan kembali semangat untuk melawan Belanda.

Dengan demikian perlawanan kaum Padri masih terus berlangsung di berbagai tempat. Pase kedua, 1825-1830. Bagi Belanda, tahun itu digunakan untuk sedikit mengendorkan ofensifnya dalam Perang Padri.

Upaya damai diusahakan sekuat tenaga. Pada tanggal 15 November 1825 ditanda tangani Perjanjian Padang. Isi Perjanjian Padang antara lain.

  1. Belanda mengakui kekuasaan pemimpin padri di Batu Sangkar, Sarawaso, Padangguguk, Sigandang, Agam, Bukit Tinggi dan menjamin pelaksanaan sistem agama di daerahnya. 2. Kedua belah pihak tidak akan saling menyerang. 3. Kedua belah pihak akan melindungi para pedagang dan orang-orang yang sedang melakukan perjalanan.

Empat, secara bertahap Belanda akan melarang praktik adu ayam. Fase ketiga, 1831-1837 atau 1838. Setelah Perang Diponegoro berakhir pada tahun 1830, semua kekuatan Belanda dikonsentrasikan ke Sumatera Barat untuk menghadapi perlawanan kaum Padri. Dimulailah Perang Padri Pase Ketiga Pada pertempuran Pase Ketiga ini, kaum Padri mulai mendapatkan simpati dari kaum adat. Dengan demikian, kekuatan para pejuang di Sumatera Barat semakin meningkat.

Orang-orang Padri yang mendapatkan dukungan kaum adat itu bergerak ke pos-pos tentara Belanda. Datangnya bantuan pasukan dari Jawa pada tahun 1832, maka Belanda semakin meningkatkan ofensif terhadap kekuatan. kekuatan kaum Padri di berbagai daerah kemudian dikeluarkan plakat panjang plakat panjang adalah pernyataan atau janji khidmat yang isinya tidak akan ada lagi peperangan antara Belanda dan kaum Padri setelah pengumuman plakat panjang ini kemudian Belanda mulai menawarkan perdamaian kepada para pemimpin Padri isi perjanjian plakat panjang satu penduduk dibebaskan pembayaran pajak doktor Jarodi 2. Belanda akan menjadi penengah jika timbul perselisihan antar penduduk. 3. Perdagangan dilakukan hanya dengan Belanda. 4. Penduduk boleh mengatur pemerintahan sendiri.

Akhir perlawanan, Tuanku Imam Bonjol dan pasukannya terdesak. Pada tanggal 25 Oktober 1837, Tuanku Imam Bonjol ditangkap, kemudian dibuang ke Cianjur, Jawa Barat. Tanggal 19 Januari 1839, ia lantas dibuang ke Ambon, dan tahun 1841 dipindahkan ke Menado sampai akhirnya meninggal dunia pada tanggal 6 November 1864.