Transcript for:
SIPTM Sensory Disorder Reporting Overview

Terkait dengan pencatatan pelaporan gangguan indera ke dalam SIPTM. Mohon perhatiannya. Ya, di sini sudah bergabung. Terima kasih Bu Eni. Terima kasih banyak. Ya, mungkin Bu Eni kalau mau off camera, enggak apa-apa Bu. Jadi di sini sudah hadir Pak Yoga dari PT Jamasko. Mohon bisa ditampilkan penampakannya. Mana penampakannya Pak Yoga? Pak Yoga mana? Siap. Oh, dimunculkan. Nah, siap. Pagi, seperti penyara diok gitu ya Pak Yoga. Untuk pencatatan pelaporan gangguan indera ke dalam SIPTM silahkan disharekan Pak. Bagi Bapak-Ibu sekalian yang akan bertanya dan klarifikasi dan lain-lain, bisa jangan beranjak dulu dari sesi ini ya, karena ini adalah sangat penting dan ini untuk PR kita bersama. Untuk Bapak-Ibu cara menuliskannya di dalam pencatatan pelaporan agar bisa dilaporkan ke pusat. Baik Bapak-Ibu sekalian, Pak Yoga, tersilakan. Pak Andre Yoga ya, Pra Yoga ya. Silakan Pak. Ya, terima kasih dok. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Yang terhormat Ibu Koordinator Gangguan Indra, yang terhormat teman-teman struktural dan fungsional dari Gangguan Indra, para narasumber, teman-teman dinas kesehatan provinsi, 8 provinsi. teman-teman Dinas Kesehatan Kabupaten Kota, teman-teman puskesmas yang ikut hadir di acara ini, baik yang di Zoom maupun yang melalui YouTube. Nah, kembali lagi bahwa tadi saya ikutin terus tuh tentang kesulitannya teman-teman pengelola program gangguan indera pakai SIPTM ini kan, kendalanya adalah kalau pakai formnya sendiri tidak bisa berkontribusi untuk SPM daerahnya masing-masing, dan sebaliknya. Nah ini ada yang baru dari SIPTM nih, khusus untuk gangguan indera, yang lainnya semua sama. Nah saya share dulu untuk kenapa harus ada diingatkan. Nah diingatkan lagi ini bahwa salah satu SPM, 3 SPM yang ada di SIPTM itu ada SPM usia produktif. Nah kebetulan gangguan indera kan sasarannya semua umur, dari 0 tahun sampai dengan 65 lebih ya kalau nggak salah ya, pokoknya semua umur. Nah supaya teman-teman pengelola program gangguan indera yang saat ini hadir, melakukan kegiatan, terus lalu tadi melakukan pelaporan, yang ujungnya benar kata bukoordinator tadi bahwa semua itu data, basisnya data, punya kegiatan nggak punya data juga nggak punya pegangan kuat. Karena nanti pada saat membuat paparan, membuat pelaporan, dan lain-lain, teman-teman tinggal cantumin sumber data dari SIPTM. Nah, ini ada yang harus teman-teman ingat bahwa di salah satu SIPTM yang dihitungin, ini ada SIPTM usia produktif yang nyangkutnya bisa di kegiatan gangguan indera. Begitu teman-teman ketemu. sasaran kita kan semua umur ketemu orang yang usianya 15-59 tahun nah ini kan digangguan indra nih difonnya kan enggak ada nih isian gula tinggi badan berat badan lingkar perut sistol distol dan lain-lain nah sehingga pada saat ngisi deteksi dininya tinggi kalau lewat komponen gangguan indra tapi SPM nya kita sesuai standarnya yang tidak sesuai standarnya malah yang tinggi bukan sesuai standarnya Nah, di aplikasi SIPTM yang baru ini, kami ada lakukan revisi sesuai arahan, updating ya, bukan revisi, updating sesuai arahan teman-teman gangguan indera, bahwa teman-teman nantinya berikutnya adalah bisa setali tiga uang saat melakukan pelaporan kegiatan. Melakukan pelaporan kegiatan di SIPTM, tidak perlu lagi pakai form puskesmas yang lebar itu, tapi bisa pakai form gangguan indera sendiri. Atau masih tetap bisa juga pakai... yang lebar, yang formnya puskesmas. Nah, ini kurang lebih SPM-nya. Lalu saya mau tampilin aplikasinya, bahwa untuk teman-teman, ini saya pinjam Jakarta Timur, kebetulan tadi saya coba-coba masuk. Nah, teman-teman, yang pertama, saat teman-teman selesai acara ini, teman-teman pengolah program gangguan Indra itu bisa download dua file dari SIPTM. file Excelnya yang baru bisa download di esi PTM yang pertama ya bisa dari deteksi di offline PTM untuk gangguan Indra nah ini teman-teman download file baru nanti download file baru hasilnya file-nya seperti ini nanti Excel untuk ini Nah ini Nah kayak gini ya teman-teman Cara pakai sama dengan Sebelumnya Dengan versi sebelumnya Atau dengan file yang sebelumnya Yang berbeda adalah Perhatikan teman-teman Dari sini dari kiri ke kanannya sama Seperti yang teman-teman punya Lalu kita siapkan Untuk teman-teman pengelola program gangguan INRA Saat ketemu Saat ketemu ya kan sasaran kita semua umur nih dari 0 tahun sampai seterusnya. Saat ketemu usia 15-59, teman-teman bisa berkontribusi ke daerahnya masing-masing, ke kabupaten kotanya masing-masing, dengan memasukkan data yang sudah ada. Misalkan saat ketemu orang yang lagi kita screening, usianya masuk 15-59, jangan lupa isi, sistol, distol, tinggi badan, berat badan, lingkar perut, dan pemeriksaan gula. Pakai data yang lama nggak apa-apa, dilengkapi. Lalu berikutnya di sini baru kegiatan kita. Ada yang baru dari form ini adalah sama ini sebelumnya mata kanan, mata kiri, rujuk. Ini ada diagnosis. Di diagnosis ini ada tujuh yang ditetapkan untuk gangguan penglihatan. Mulai dari katarak, kelainan refraksi, glaucoma, sampai dengan lainnya. Jadi ada enam diagnosis yang ketujuh lainnya. Berikutnya juga untuk di gangguan pendengarannya, ini kita tambahkan diagnosis. Nah, data diagnosis ini nanti yang akan ditarik oleh SIPTM dikeluarkan nanti pelaporan baru. Nanti cari aja di dashboard deteksi ini akan saya perlihatkan data kasus. Jadi kalau teman-teman kemarin-kemarin ini kan banyak miss tentang gangguan indera ini karena kolomnya sudah dipotong di SIPTM kemarin, tapi pelaporannya yang dibaca versi 2019 sehingga banyak yang miss. Banyak yang ada dusta di antara kita nih, sehingga kita banyak hal-hal yang... Berbeda. Nah untuk yang kemarin-kemarin memang waktu di 2019 lengkap, lalu di 2020 ada kolom-kolom yang dipotong, sementara pelaporannya belum ditutup, pelaporan versi 2019 di SIPTM itu, karena masih daerah lain banyak yang butuh. Tapi itu sudah tidak bisa jadi acuan, karena pintu masuknya tidak ada, ada keluarannya. Nah itu yang jadi masalah, kendala kemarin. Nah untuk itu, sekarang sudah ditetapkan oleh teman-teman pusat gangguan Indra bahwa formnya ini diperbarui. Jadi untuk teman-teman semua pengelola program gangguan Indra, silakan download file, ada dua file yang di-download, yang ini yang pertama. Kalau teman-teman mau jalan sendiri kegiatannya, pakai formnya sendiri, silakan disiapkan form ini, tapi kita sudah bisa berkontribusi untuk daerah kita masing-masing. Kontribusi di apa? Di SPM-nya itu. Selain nanti datanya deteksi dininya tinggi. lalu SPM nya dapat sesuai standarnya bagus lalu dapat juga data kasus dengan pom baru ini bagaimana cara pakainya cara pakainya sama teman-teman semua buat yang udah pengalaman ini daerah bagus-bagus semua tadi disebut ada 33 yang mencapai target satu bone bolango kedua buton ke satu lagi kolaka dan tiga orang tiga kabupaten-kota ini saya kenal kok ngelola nya maksudnya yang di SIPPM nya ya yang suka cat-cat juga jadi enggak Heran kalau tiga kabupaten kota tersebut tercapai. Karena memang militan. Tiap-tiap bulannya kebetulan saya ada di salah satu grupnya mereka itu yang ayo-ayo laporan-laporan dan seterusnya ya. Ini untuk teman-teman. Nah, sekarang bagaimana untuk yang belum mulai ini? Untuk yang belum mulai, cara pakainya di file baru ini sama seperti yang lain. Lihat di blog dulu. Sorry, ini kecepatan. Ini. Di-block, ya. Jadi gini nih caranya, sebelum dibagiin ke puskesmasnya, di-block, ya. Di-block sampai ujung, ya. Lalu di-klik kanan copy. Ini saya ulang-ulang ya, buat teman-teman yang baru, yang udah langsam, nggak apa-apa nanti buat kita sharing. Nah ini, sampai kita butuhkan berapa baris dalam satu bulan kegiatan kita. Ini tidak dibatasi. Artinya, tahu diri dengan kondisi jaringannya teman-teman. Kalau semakin banyak tentunya... loading timenya waktu upload tentu membutuhkan waktu lebih lama lagi. Ini setelah KPI bawah kita enter, lalu kita simpen. Nah, tujuannya yang penting pada saat sebelum mengisi, ini harus warna biru barisnya nih. Jangan warna putih. Kalau warna putih dijamin nanti SIPT akan nolak. Invalid data. Silahkan ganti formnya dan seterusnya. Nah, ini teman-teman bikin seperti ini, baru di copy sebanyak ke wilayah kerja kita nih teman-teman kompetit kota, lalu di ganti nama rename dengan nama puskesmasnya di wilayah kerjanya, dibagikan nah untuk teman-teman puskesmas Pengelola gangguan Indra untuk pelaporan berikutnya gunakan form ini. Nah, cara pakai sama seperti SIPPM. Jadi, nggak perlu dikhawatirkan dengan cara pakai, cara pengisian, dan lain-lain. Nah, ini baru satu form. Tapi ada juga yang udah terbiasa dengan form gabungan. Ah, saya pakai form yang gabungan aja deh, yang PTM Offline Puskesmas. Ini kita juga disiapkan untuk data gabungannya. Sama seperti ini. Ada yang berbeda itu untuk data kasusnya. Jadi data kasusnya kita tambahkan di diagnosis yang sudah ada. Ini ada di kolom ini, teman-teman. Ini yang satu puskesmas gabungan. Nah, di sini teman-teman ini ada 6 gangguan penglihatan, 6 gangguan pendengaran. Ini disiapkan di sini. Jadi ditambahkan diagnosisnya teman-teman kalau ada kegiatan screening gangguan indera. Masukin aja kalau sudah punya diagnosisnya di sini. Nah, dengan satu formulir ini, ini sudah mencakup semua kegiatan PTM di tempatnya teman-teman. Jadi bukan hanya gangguan indera aja, tapi ada substansi lain yang berkegiatan, ini menggunakan format ini. Ini saya kasih pilihan ke teman-teman, boleh pakai yang kusmas keseluruhan, boleh juga pakai yang gangguan indera aja. Tapi kalau mau dapat data kasus untuk... nanti pelaporannya, teman-teman harus download file yang baru, yang kemarin file yang kemarin itu diganti dengan file ini cara pakai sama, ya sama dengan SIPTM sebelumnya di copy dulu dari kiri ke kanan, di block, lalu di paste disimpen, setelah barisnya ini berubah dari putih menjadi biru, maka teman-teman boleh bagikan ke pusat masnya masing-masing Jangan kabupaten kota, jangan serahkan mentah-mentah ke puskesmasnya yang akhirnya menyulitkan kabupaten kota sendiri nanti pada saat proses upload. Dan ini banyak kejadiannya. Teman-teman semua, 80% kabupaten kota di seluruh Indonesia ini sudah masuk datanya semua di SIPTM. Jadi jangan sampai teman-teman ini tergolong yang 20%-nya, karena memang eranya sudah harus ke sistem, enggak lagi eranya. laporan pakai kertas dan lain-lain. Karena tadi juga semua ujungnya berbasis data. Nah, ini teman-teman yang baru dari SIPTM yang teman-teman harus lakukan pengelola program mengangguran indera, silakan pilih. Mau pakai format sendiri, berarti download di sini. Nah ya, saya masuk lagi ke aplikasi. Kalau kita mau... sendiri pengelola program gangguan indra mau berdiri sendiri, mau tidak gabung dengan pengelola lainnya, silakan gunakan file disini pendataan offline deteksi gini PTM pilih yang gangguan indra pilih yang gangguan indra ini, tinggal di klik download file yang baru, cara pakainya sama dengan esi PTM, jadi tidak ada yang berubah, tidak ada yang perlu di inikan, berikutnya juga untuk kalau teman-teman mau pakai puskesmas keseluruhan agar bisa sekali jalan dengan operator di tempatnya masing-masing, silakan, tapi minta operatornya, operator puskesmasnya, atau dinas kesehatan kabupaten-kotanya untuk download file dulu yang untuk keseluruhan puskesmas. Ini saya serahkan kembali ke regulasi dan kebijakan kabupaten-kota masing-masing. Nah, ini bisa jalan sendiri, bisa gabung dengan puskesmas lainnya. Ini untuk teman-teman program pengangguran negara. Terus yang kedua, teman-teman jangan lupa, setiap tahun itu datang... data gangguan indera kan ngitung rancangnya 40% jumlah penduduk. Nah, teman-teman tetap setiap tahunnya diupdate data penduduknya. Data penduduknya ini ada di data penduduk, teman-teman bisa lihat nanti. Tinggal diklik, seperti ini nih. Lihat, di Jakarta Timur tiap tahun diisi. Jadi, teman-teman ngisi. Nah, tugasnya teman-teman itu untuk pengelola program gangguan indera cukup. Ini aja, tambah data. masukin tahun, misalkan tahun 2022, jumlah penduduknya aja. Itu tanggung jawabnya pengelola program gangguan indah. Kenapa? Supaya reinseranya bisa kehitung. Karena SIPTM kan hanya mesin. Ngitungnya butuh angka penyebut. Nah, di penyebutnya lah jumlah penduduk. Jadi, teman-teman, kalau nanti nilai reinseranya kosong, jangan salahkan bunda mengandung, tapi salahkan diri sendiri. Kenapa? Jumlah penduduknya belum di-input. Jadi jumlah penduduk ini harus di-input tiap tahun, bukan sekali input selesai. Jadi kalau yang 2021 tidak di-input, maka ranselannya nggak bisa dihitung, karena kami butuh ini. SIPTM butuh jumlah seluruh penduduk. Nah, bagaimana dengan yang lain? Yang lain tanggung jawab pengolah program asing-asing kok. Jadi teman-teman nggak usah pusing, isi aja jumlah penduduk, lalu submit. Simpen. Nah, sisanya ini nanti pengelola program yang lain yang harus ngitung, karena indikatornya mereka ada di sini semua. Yang 15 tahun, laki-laki berapa, perempuan berapa, ini bukan gangguan indera. Gangguan indera pokoknya seluruh usia yang masukin tanggung jawab kita. Sisanya biar pengelola program yang lain untuk isi ini di Kabupaten Kota. Jadi, teman-teman di Kabupaten Kota, mohon untuk pengelola program gangguan indera diisi jumlah penduduknya untuk apa? Nah, di sini nih. Di sini yang pertama yang mau saya kasih lihat ke teman-teman. ya nanti ada pelaporan baru yang namanya gift kasus disini di gift kasus ini nanti teman-teman kalau nanti pakai formulir baru itu bisa kelihatan agregatnya punya jadi nanti ada deteksi dini gift kasus ini nanti penamaan ini saya baru-baru dari kita nanti dari teman-teman substansi akan ada nama yang bagus jadi ada enam ada tujuh ya masing-masing, yang 6 itu diagnosisnya, yang 7 itu lainnya jadi, Katara Kalianan Refraksi, dan lainnya, Glocoma dan seterusnya, nah ini laporan ini nanti otomatis kebentuk dari uploadannya teman-teman dengan formulir yang baru jadi teman-teman jangan lupa untuk mengisi ini, atau untuk data ini terisi, teman-teman harus download file Excel yang baru dari SIPTM, khususnya gangguan Indra... Atau boleh juga file puskesmas yang baru. Jadi teman-teman jangan lupa itu. Nah itu tugasnya teman-teman yang setelah acara ini nanti ganti file Excel-nya. Buatkan jangan lupa ya. Dikopi blockpaste dari kiri ke kanan. Lalu disimpan sampai dengan barisnya warna biru seperti ini. Baru setelah itu diperbanyak sebanyak puskesmas di wilayah kerja. Kita ini untuk teman-teman kabar dan kota. Sebanyak... wilayah kerja kita, lalu diganti nama satu-satunya, jangan lupa karena namanya semua sama nih, form offline puskesmas detection gift, satu dua, nanti bingung sendiri teman-teman sendiri, nanti kabupaten kota yang bingung saat file itu balik, kalau tidak diganti nama jangan kasih file ini mentah-mentah ke puskesmasnya karena puskesmasnya nggak tahu harus ngapain dia disuruh ngisi, dia ngisi, tapi nanti balik ke teman-teman kabupaten kota, ke dinas nah teman-teman dinas yang repot pada saat nge-upload, ada aja yang dibetulin Ada saja yang salah konten datanya karena tidak sesuai dengan teman-teman. Jadi kalau barisnya belum berwarna biru ini akan sulit. Yang lain-lainnya semua sama. Cara pakainya seperti SIPTM. Tanggal nomor 1 yang wajib diisi. Nik masih boleh kosong. SIPTM akan kasih nik. Nah, itu untuk di file Excel-nya. Kembali ke aplikasi. Teman-teman jangan lupa di aplikasi ini cara uploadnya juga sama. Jangan sampai salah kamar. Waktu kita mau upload, jika sumber file kita adalah file gangguan indera saja, maka teman-teman harus masukinnya di gangguan indera juga. Uploadnya. Nanti pilih puskesmasnya, ambil, lalu kita ambil filenya. Jika file yang kita gunakan untuk pelaporan adalah file gangguan indera saja. Namun... Kalau teman-teman tetap memutuskan pakai file puskesmas yang keseluruhan, masuknya tetap di deteksi dini PTM puskesmas. Nanti pilih puskesmasnya, lalu masukin filenya. Jangan sampai salah kamar. Salah kamar, warning dari sistem, maka sistem tidak akan proses. Jadi teman-teman jangan lupa nanti harus ganti filenya kalau mau dapat data kasus. Kalau teman-teman tidak ganti file, terus teman-teman menuntut kok data kasus saya kosong, berarti... seperti ada yang salah bukan di pesawat televisi kita televisi anda yang salah jadi kurang lebih itu untuk yang baru dari gangguan Indra jadi teman-teman jangan lupa ya saya ingatkan kembali nah problemnya kalau ada problem saat pengupload kan sama seperti SIPTM ini contohnya nih yang nomor dua saya contohkan jangan lupa format tanggal baris 60, 61 sampai berapa ini 60, 61, 62, 63, 256, dan 377 salah tanggal, nah waktu betulin ini, jangan lupa file excel kita dikasih tau nih sama SIPT baris 60, kita baca di filenya adalah 60 tambah 5, ya jangan lupa, ini kayak gini ya, 60 tambah 5 misalkan kalau ini ya, nah kenapa? karena kita mulai di baris kelima. Tapi kalau pakai filenya gangguan Indra, kita lihat lagi. Ini, oh ini gangguan Indra nih, sorry. Untuk file puskesma sama, ya. Jadi sama, kita mulai. di baris kelima artinya kalau temen-temen punya kendala untuk upload biasanya kendalanya cuman dua yang dikasih tahu barisnya efek tanggalnya salah karena format belum tepat cari aja cuma dua kolom tanggal di 60 tambah 561 tambah 5377 tambah 5 cari-carinya dimana di sini nih di kolom tanggalnya kita tinggal cari nah dua tanggal ini aja dicari nggak usah kemana-mana Cukup cari itu, ketemu betulin tanggalnya upload lagi. Itu nggak ada masalah. Jadi nggak usah pusing dengan double data. Pokoknya teman-teman tugasnya upload aja data dasar, betulin cara ngisinya, sisanya serahkan ke SIPTM. Lalu bagaimana nanti prosedurnya? Prosedurnya jangan lupa SIPTM ini kita punya server juga nggak besar-besar amat. Jadi ada proses antrian saat teman-teman upload sampai dengan teman-teman... melakukan melihat hasil uploadannya. Jadi cek berkala saja 2x24 jam. Kenapa? Karena kita belum bisa bikin real time. Saya ulangi lagi konsepnya supaya teman-teman ingat. Saya review bahwa saat teman-teman upload file ini, ini masuk di database 1, namanya MySQL. Masuk. Nah, di sinilah di filter nih. Invalid data, salah tanggal di baris sekian, tolong betulkan. Ini masih di sini. Nah, dari sini, Ini ada mesin jalan namanya Kronjob yang dijalanin setiap 30 menit 10 ribu baris dari database 1 MySQL dipindahkan ke database 2 namanya MongoDB. Jadi ini begitu di-upload, setiap 30 menit mesin jalan diambil, pindahin. Ambil, pindahin. Setiap 30 menit 10 ribu baris Indonesia. Bukan punya teman-teman. Indonesia ada antriannya. Nanti ada queue-nya di server sana. Nah, ini setelah ini pindah ke MongoDB, inilah yang dibaca oleh teman-teman di dashboard, di pelaporan, dan lain-lain, di grafik. Semua ini ada di sini, di MongoDB ini. Di MongoDB ini dengan aplikasi yang beda lagi. Ini MySQL, database-nya, pakai PHP, dan lain-lain. Ini ditarik. pulang lalu mengundi biada database nya disini keluarin reporting nah ada proses disini ada kendala kalau teman-teman misalkan kok saya ngapain 100 yang masuk 85 nah ini ada kendala nih kendalanya bisa jadi disini kenapa pertama adalah bukan internet teman-teman internet server di kita dipustakin pun juga bandwidth terbatas jadi mungkin aja pada saat ngambil dari punya teman-teman ya ini keputus koneksinya baru masuk 85 dari 100 itu ini kebentuk 85 teman-teman nggak usah pusing kalau dalam 2K24 jam ini nggak selisih upload lagi baru aja nggak akan double data karena SIPTM akan tahu ini data yang lama oh ini yang terbaru jadi selisihnya yang ditambahkan selisihnya yang ditambahkan kenapa ini kita nggak ngadain strip ulang yang belum keambil karena kalau strip ulang yang belum keambil misalkan dari 100 baru pindah dapat 85 15 ini kita nggak jalanin otomatis ngambil nih. Kenapa? Kalau ini di jalanin looping, ini nggak kuat juga server kita. Sehingga itulah, teman-teman, kalau ada kendala selisih data, yang di-upload ada 100, yang timbul 85, tungguin 2x24 jam nggak berubah, datanya upload baru lagi aja. Nanti SIPTM yang akan ngelengkapi. Karena kalau ngarepin mesin jalan otomatis ngambil yang tertinggal, ini nggak bisa. Karena terbatas dengan kondisi infrastruktur yang... disiapkan untuk SIPTM. Nah itulah kurang lebih penyegaran buat teman-teman pengelola program gangguan indera. Mulai hari ini ada dua file baru di SIPTM, silakan di-download ya untuk kegiatannya teman-teman. Yang pertama tentunya adalah di deteksi dini PTM Puskesmas, ini kalau teman-teman memilih untuk gabung dengan semua pengelola program. gabung dengan semua pengelola program, serahkan ke operator, operator yang menggabung-gabungkan dengan semua pengelola program di puskesmas masing-masing. Silakan. Atau, kalau gangguan indera mau jalan sendiri, pelaporannya, nanti tinggal Binas Kesehatan Kabupaten Kota arahkan ke puskesmas pengelola program gangguan indera itu hanya pakai satu file yang namanya file pro-gangguan indera. Download baru, lalu di-copy blog. paste, disimpan, dikopis ke banyak wilayah kerja puskesmasnya lalu diganti nama-nama file tersebut sesuai puskesmasnya baru bagikan. Sekali lagi teman-teman dinas, jangan kasih file mentah ke puskesmasnya. Jadi ganti jangan salah, kalau puskesmas setor balik, dinas kesehatan kabupaten kota mengupload berantakan datanya banyak salah, ditolak sama SIPTM, ya karena teman-teman nggak nge-grouping di awal. Nggak nge-grouping atau nyusun di awal supaya memudahkan teman-teman puskesmas tinggal ngisi. Karena kita semua sama-sama tahu bahwa puskesmas tugasnya banyak, aplikasinya juga banyak di bawah ya. Udah lainin pasien, pelaporan pula. Nah, jadi supaya memudahkan juga, SIPTM mau bikin semudah mungkin buat teman-teman, tapi karena terbatas dengan infrastruktur yang minimal, jadi memang kita... Ribet-ribetin dipakai Excel-nya supaya range-nya nggak terlalu rebar. Jangan lupa Office yang untuk ngisi data ini, ngisi konten Excel ini, jangan lupa Microsoft Office-nya harus 2010 minimal. Jangan pakai WPS Office, Office 365, atau Office 2007, 2003, nggak bisa. Kenapa? Range Office-nya kita sempitin. supaya pada saat teman-teman dinas upload, itu loading timenya nggak terlalu lama. Boleh tanya teman-teman daerah yang tadi datanya bagus-bagus. Ada bahkan yang satu file isi 5.000 baris. Itu kalau benar, nggak pakai lama. Satu, dua menit, udah jadi data. Jadi, teman-teman, kalau kita rangenya panjangin semua office masuk, itu pada saat ngapot muter, muter, muter, muter, satu menit itu bisa satu jam sendiri, dan bisa jadi gagal. Jadi, teman-teman, Ikutin aja rule-nya karena memang keterbatasan infrastruktur. Kita buat sedemikian mudah saat upload-nya. Nanti yang penting teman-teman push ke space-nya, ngisinya sesuai aturan main. Yang pertama office-nya 2010 yang ngisi ya, bukan yang upload, yang ngisi konten ini. Begitu teman-teman ngebagiin file ini, yang ngisinya harus pakai 2010. Ke atas. Jadi 2013, 2016, 2019 silakan. yang penting minimal 2010 lalu teman-teman jangan lupa copy block paste, lalu di copy sebanyak wilayah kerja diganti nama filenya sesuai kustesmasnya masing-masing, baru bagikan ini teman-teman kabupaten kota yang pertama memang agak banyak kerjanya tapi berikutnya memudahkan teman-teman nanti bisa sharing ke tadi apa yang berhasil disini Bone Bolango, Uton itu Bone Bolango konsul Dr. Ana Uton ini dengan Pak Gelada ya kalau enggak salah ya yang militan mereka berdua minyak kalau kolaka saya lupa tapi ada beberapa yang cek chat apa telepon-telepon juga itulah teman-teman untuk penyelenggaraan di SIPTM gangguan Indra ya yang baru apa yang harus teman-teman kerjakan di formol format baru tapi jangan lupa saya ingatkan sekali lagi bahwa nanti di pelaporan di deteksi ini ini teman-teman punya Selain gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, ada GIF kasus atau data kasus yang nanti diseragamkan bahwa itu saja pelaporannya bersepakat bahwa nanti pusat hanya menerima data ini di SIPPM. Lalu berikutnya jangan lupa teman-teman di sini juga ada RENSTRA, ada RENSTRA-nya teman-teman bahwa jangan lupa untuk bisa dapat RENSTRA gangguan indera ini teman-teman tugasnya kabupaten dan kota jangan lupa. input penduduknya kalau penduduk yang ada input nggak bisa dihitung bisa dihitung arenstanya kurang lebih itu nah jadi teman-teman nanti harus ngisi di data penduduk ini nah demikian saya kembalikan ke moderator saya siap untuk kita sharing tanya-jawab dan lain-lainnya Terima kasih Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh salam warahmatullahi wabarakatuh Terima kasih Pak Yoga, Pak Ranya. Bagi Bapak Ibu yang ingin berinteraksi langsung bisa raise hand, sehingga kami akan tarik ke ruang panelis, atau yang sudah ada wakil-wakilnya di ruang panelis dari beberapa provinsi. Ada Pak Arfian, ada siapa lagi itu, dari Kalimantan Timur, Papua. Yang sudah ada di dalam ruang panelis, ada wakil dari Kalimantan Timur, dari Papua, kemudian Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, dan Jawa Tengah. Bagi yang ingin berinteraksi langsung atau ada ditanyakan atau klarifikasi, dipersilakan. Mungkin sebagai informasi dan menjawab, jadi tadi di chatroom, izin ya saya menjawab. apa yang sudah dituliskan di chatroom ini berlaku untuk semua. Jadi pertanyaannya adalah bagaimana cara menghitung 40%-nya, itu seperti itu. Nah kita umpamakan, ini kan nanti kan... Indikatornya adalah jumlah kabupaten kota yang melaksanakan deteksi dini gangguan indera. Dalam hal ini adalah gangguan penglihatan dan atau gangguan pendengaran pada minimal 40% populasi di wilayahnya. 40% itu kita berhitung ini kan kabupaten. Nah kabupaten jumlah total populasinya berapa? Di dalam kabupaten tentunya punya wilayah puskesmas gitu ya, A, B, C misalnya. Nah kita proporsikan, jadi tidak kita pukul rata bahwa misal satu kabupaten itu jumlah penduduknya adalah 10 ribu, berarti 40 persennya berapa kan gitu ya. Nah dibagi berapa puskesmas, bukan demikian gitu ya, karena nanti hasilnya enggak pas. Tapi kita proporsikan. Jadi per masing-masing puskesmas yang merupakan wilayah di satu kabupaten itu, jumlah total penduduk di puskesmas itu masing-masing berapa? Karena apa? Kita pakai total penduduk, sasaran untuk deteksi diri gangguan indera adalah untuk semua golongan umur. Jadi total penduduk di satu wilayah itu, 40 persennya di puskesmas A berapa? Misalnya adalah 12 ribu penduduknya, seperti contoh di slide ya. 40 persennya adalah 4.800. Itu adalah sasaran setahun. Setahun itu ada 12 bulan. Nah, jadi per bulan berapa kita sebetulnya target yang harus kita capai? 400. 400 yang dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan dan atau bisa satu saja, bisa dua-duanya. Dengan gangguan pendengaran, gitu. Per bulan, kayaknya masih terasa berat nih, 400, aduh sebulan 400 berat banget. Kita breakdown lagi. Dalam satu bulan, ada berapa hari kerja, atau berapa hari layanan. Baik di puskesmas yang kegiatan di dalam gedung, ataupun yang di luar gedung. Luar gedung maksud saya di sini adalah ada pusling, pustu, pos yandu, pos bindu, bidan praktek swasta, atau... praktek-praktek swasta yang lain, kalau memang bisa dihimbun datanya boleh saja. Itu misalnya kalau di dalam gedung di puskesmas, dalam satu bulan ada sekitar, kalau kami hitung sekitar 24 sampai 26, tergantung ada libur nasional atau tidak. Itu satu bulan. Berarti per hari tinggal hitung 400 dibagi itu kalau 20 hari kerja. Kalau 20 hari kerja berarti 400 dibagi 20, ada 20. Nah 20 ini kita ada tadi kegiatan di dalam gedung, dalam hal ini adalah pasien-pasien yang berkunjung ke puskesmas itu. Ada yang kegiatan deteksi dini di luar gedung puskesmas itu. Kalau di dalam gedung kita hanya berhitung dari jumlah kunjungan. Per hari kunjungan puskesmas itu berapa sih? Target per hari 20, jumlah kunjungan per hari di puskesmas 40. Kalau... 40 semuanya itu yang berkunjung ke puskesmas dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan atau, atau saja boleh loh, tajam pendengaran, kita sudah dapat angkanya, bahkan sudah dua kali lipat kita dapatnya. Karena apa? Untuk deteksi dini gangguan indera seperti saya katakan di depan tadi bahwa semua golongan umur, tidak umur tertentu tapi semuanya. Nah ini untuk di dalam gedung loh, kegiatan lain ada di luar gedung, ada di pos Yandu, ada di pos Bindu. ada screening anak sekolah, ada pusling, ada pustu, ada bidan praktek gitu. Jadi saya rasa bisa banyak banget loh, itu kayak gitu. Nah kalau mau cari hitung-hitungannya adalah demikian, ini untuk semuanya, bukan hanya yang tadi bertanya di chat, tapi adalah pemahaman ataupun refresh lagi untuk semuanya, karena di awal tahun 2020 atau 2019 ya, pernah ada orientasi deteksi dini gangguan indera di. dan ini sudah saya sampaikan pada saat kita masukkan pertama kali ke dalam RENSTRA 2019-2024. Ya, mungkin bisa dibahami bagi yang kurang jelas, mungkin bisa kita masih ada waktu untuk kita diskusikan, kita bahas, tapi saya rasa dengan penjelasan ini mungkin sudah cukup jelas. Mohon tim bisa di-upload di dalam chatroom, tadi sudah kami upload juga untuk PMK-nya 82 tahun 2020. terkait dengan deteksi diri, gangguan penglihatan, dan gangguan pendengaran, bisa teman-teman upload, bisa teman-teman download. Sebagai informasi bahwa untuk materi semua ada di link, sudah disharekan tadi di awal, ditata tertib, dan sudah disharekan kembali di dalam chatroom. Terima kasih. Mungkin ada yang mau bertanya, Bu Eni masih adakah? Sebentar Pak Yoga, mungkin ini ada satu pertanyaan. Bu Eni, masih adakah? Bu Eni sudah Olivia. Tadi kalau saya berharap sih pertanyaan tentang UKS, untuk penjaringan anak sekolah, karena petugasnya sedikit dari Kabupaten Pekalongan, karena petugasnya sedikit itu bagaimana? Karena hanya bisa meng-cover mungkin untuk kelas 1, 2, 3, seperti itu. Saya berharap bahwa itu kegiatan penjaringan anak sekolah kan tidak setiap hari, bisa bulanan. Kalau saya berharap sih bisa dilakukan semuanya gitu. Kalau di situ ada 6 kelas ya tentunya 6 kelas itu bisa, kelas 1 sampai 6 bisa dilakukan gitu. Syukur-syukur untuk semua yang di bawah 15 tahun bisa dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan dan tajam pendengaran. Sehingga bisa mengatrol mungkin itu ya capaian reinsera indera kita. Baik Bapak-Ibu sekalian mungkin ada lagi yang mau ditanyakan atau mau diklarifikasi sama Pak Yoga silahkan Pak. Mungkin sudah membaca di chatroom atau di kolom QA. Ada yang perlu di-Silahkan. Siap. Terima kasih, dok. Ada pertanyaan di kolom chat maupun di Q&A. Ini hampir sama. Pak, bisa nggak kami minta file Excel untuk pengisian pelaporan lebih mudah bagi kami, Pak? Nah, ini semangat nih, apresiasi. Walaupun tanpa nama nih, anonymous attendance, tapi kalau di chat sudah disebut. Namanya dari... Tadi ada yang nanya bahwa... Ini ST, dari... Nah, gini ya, teman-teman. File yang terbaru ini, teman-teman Puskesmas minta ke Dinas Kabupaten Kota. Teman-teman Dinas Kesehatan Kabupaten Kota, setelah acara ini, download tuh dua filenya. File Puskesmas keseluruhan, file gangguan Indra, lalu bikin dulu sebelum dibagi. Jangan dibagi mentah ke teman-teman. Nah, perlu diulang nggak nih? Biar teman-teman Dinas Kesehatan Kabupaten Kota, ini yang jago-jago mah, langsung pacap. Tapi buat teman-teman yang belum mulai ini Kan ada juga beberapa data yang jomplang ya Nah ini tolong nanti Jangan lupa Jangan sekali lagi Kasih data mentah Atau file mentah Ke teman-teman Puskesmas Tapi jangan lupa Setelah download File-file itu Saya kasih contoh sekali lagi Biar teman-teman Tidak salah Teman-teman dinas Begitu download Di gangguan Indra format pelaporan rutinnya. Jangan lupa, ini harus dibikin biru barisnya. Mulai dari baris ke-6 sampai kita butuhnya berapa. Cara bikin birunya tinggal di-block ke kanan. Jangan bikin mentah ya. Nah, lalu di-copy. Klik kanan di-copy. Lalu di-block ke bawah. Baru di-paste. Sampai kita butuh berapa. 100, 200 silahkan di enter lalu disimpan baru ini yang dibagikan, tapi sebelum dibagikan, supaya pada saat balik ke kita di nasi ningga report ini teman-teman copy dulu sebanyak puskesmas wilayah kerja kita, kalau kita punya 20, copy aja 20 file ini, setelah di copy di rename, dinamain puskesmas kita 1, 2, sampai 20 baru teman-teman bagiin, pakai file ini ya, jangan pakai file lain, isinya... ikutin aturan main ini pakai Office 2010 tanggal sekian store balik ke kami gitu ya Bu ya teman-teman banyak yang berhasil nanti bukan banyak lagi sekarang SPT boleh dibilang berimbang untuk seluruh Indonesia Nah itu untuk file teman-teman puskesmas minta sama dinasnya dinas download tapi jangan dibagi mentah-mentah lakukan seperti yang teman-teman lakukan seperti di SPTM sebelumnya ya kurang lebih itu Untuk pertanyaan pertama, berikutnya ada Q&A, oh udah sama aja ini, minta file, ada nggak di chatroom? Sebentar ya dok ya, nama saya Esther Lina Watimena, dari Puskesmas Rundai, Kabupaten Maluku Tengah. Nah, makasih semangatnya Bu Esther, nanti minta ke dinasnya ya, dinasnya berarti ke Maluku Tengah untuk file offline. Terserah mau pakai gangguan indera aja atau mau Puskesmas keseluruhan, semuanya udah disiapkan. Nanti keuntungannya adalah pelaporan yang sudah ada seperti deteksi dini, gangguan indra, RENSTRA, lalu ada SPM, ditambah lagi ada data kasus yang baru ini. Supaya teman-teman nanti pelaporan cuma satu hanya lewat SIPTM. Kedepannya bahwa nanti teman-teman substansi pusat nggak lagi minta gangguan data kasus dan lain-lain, tapi teman-teman di pusat tinggal download dari aplikasi aja. Harapan seperti itu. Nah, kurang lebih itu dok, sementara belum ada di Q&A, mungkin langsung mau online kali ya pertanyaannya. Terima kasih, saya kembalikan ke moderator. Terima kasih Pak Yoga, tadi sudah langsung dijawab. Jadi pertanyaan mungkin yang akan saya jawab juga terkait dengan peralatan mungkin untuk deteksi dini, gangguan penglihatan dan atau gangguan pendengaran di puskesmas. Tadi kalau tidak ada snellen chart gitu ya, alatnya apa. Jadi jangan banget, memang itu gold standarnya. Tapi kembali lagi, jangan karena tidak ada alat itu terus tidak melakukan satu kegiatan deteksi dini gitu loh. Itu satu kerugian karena banyak yang lost gitu kan untuk penjaringan kasus-kasusnya. Saya rasa itu. Di sini ada pemeriksaan secara sederhana. dengan cara yang mudah dan murah dan alatnya melekat pada tubuh kita masing-masing. Jadi untuk tes tajam penglihatan ada jari, bisa kita gunakan hitung jari, jarak tertentu bisa 6 meter, 3 meter, 1 meter. Untuk penutup mata kalau tidak punya okluder bisa pakai tangan, tutuplah tangan. Untuk jarak kalau tidak punya tali bisa menggunakan langkah. 6 meter itu adalah 20 langkah atau 20 feet, itu 6 meter. Jadi peralatan itu bisa digunakan. Untuk tes tajam pendengaran, kalau tidak punya garpu talak, jangan berkecil hati bahwa terus mandek tidak dilakukan. Tetap saja lakukan secara sederhana dengan tes suara untuk jarak 6 meter, sebutkan kata-kata, 5 kata paling tidak, atau tes berbisik. Tes berbisik ini bisa jarak 1 meter, atau tes berbisik modifikasi jarak setengah meter. Tinggal tadi bisik. lima kata gitu ya nanti berapa yang bisa disebut kalau bisa menyebut empat berarti bagus gitu kan nanti ulang lagi kalau bisa menyebut tiga berarti mungkin ada gangguan sehingga perlu pemeriksaan lebih lanjut nah untuk tindak lanjutnya tadi kan untuk yang bisa dilakukan ya jadi jangan merasa bahwa aduh enggak punya sne lencat enggak punya garpu talak terus diam di tempat rugi gitu loh itu harus dilakukan ada teknik lain terkait dengan deteksi dini gangguan penglihatan ini, gitu. Jadi, kita lihat faktor resikonya. Faktor resiko katarak itu adalah umur paling tidak 45 atau 50 tahun ke atas. Nah, bagi siapapun umur 50 tahun ke atas yang berkunjung ke puskesmas atau ke layanan kesehatan, mohon bisa dilihat ke keruan lensanya. Kalau yang sudah matur pakai penlight atau pakai senter bisa kelihatan gitu. Memang kalau yang belum matur kita harus...