Halo, gue Kevin Anggara. Untuk memulai tahun ini, ya gue berupload video. Gue akan memberi tau proses pembuatan setiap video gue di channel ini.
Tentunya nggak semua, tapi ini adalah standar workflow atau proses gue dalam mengerjakan video di channel ini yang terdiri dari 3 bagian besar, yaitu pre-production, production, dan post-production. Mari mulai dengan pre-production. Pre-production adalah proses merencanakan dan menyiapkan hal-hal sebelum masuk ke proses production.
Di sini, biasanya gue akan mencari ide, membuat premise, lalu mengembangkannya ke dalam bentuk skrip. Contoh, gue punya ide untuk membuat video mengajak orang-orang mencuci tangannya, karena menurut gue itu adalah salah satu tindakan yang bisa dilakukan untuk mencegah penyebaran virus di masa pandemi seperti sekarang ini. Tapi, gimana ya caranya biar videonya nggak cuman? Hai guys, gue Kevin Anggara.
Sekarang lagi pandemi, jangan lupa cuci tangan biar lo nggak mati. Nggak mungkin gitu dong. Tapi beneran, jangan lupa cuci tangan biar lo nggak mati.
Ide yang sudah ada di kepala gue itu kemudian diubah menjadi premis. Apa itu premis? Premis adalah satu kalimat yang menjelaskan keseluruhan isi cerita lo. Umumnya mengandung karakter, tujuan, halangan. Dari ide gue tadi, premisnya kurang lebih seperti ini.
Kevin ingin mencuci tangan, tapi pulpen temannya tersapu. Karakternya Kevin, tujuannya ingin mencuci tangan, halangannya... Pulpen temannya tersapu, loh. Apa hubungannya pulpen temannya tersapu dengan Kevin yang cuci tangan?
Itulah kenapa gue membuat skrip untuk menjelaskan itu semua. Untuk membuat premis gue jadi cerita. Premis adalah guide untuk mencegah lo keluar jalur.
Kalau nggak ada premis, video gue bisa jadi kemana-mana dan tujuan videonya sendiri jadi nggak jelas. Karena punya premis, gue jadi tau gue mau ngapain. Berikutnya adalah hal yang gue suka, menulis skrip.
Biasanya ketika punya ide atau premis, gue akan menulisnya biar nggak lupa. Masih dengan contoh yang sama, video gue yang judulnya Cuci Tangan. Skripnya itu gue tulis di notes di HP gue dari awal sampai akhir. Nggak jarang gue juga nulis skrip di laptop atau...
atau di PC gue. Cuman video soal PC, ini udah ganti casing, nanti menyusul. Untuk video yang melibatkan lebih dari satu orang, biasanya gue akan menggunakan Google Docs. Kalau lagi pengen kelihatan kayak anak film banget, gue pake aplikasi Final Draft di laptop gue.
Gokil, anak film banget kan, skripnya kayak begini. Apapun formatnya, kunci dari skrip yang bagus menurut gue adalah, orang yang baca itu bisa ngerti. Karena komunikasi yang baik adalah, setiap pihak yang terlibat, itu tau apa yang sedang diomongin.
Tapi di kasus tertentu, sampai video yang tayang juga, masih ada temen gue yang, bahkan sampai sekarang nih, gak ngerti. Gak usah gue sebutin siapa, karena gak enak sama cigul. Eh, Sigo.
Ya, lo inget kan kita pernah syuting video yang judulnya Mirip Mimpi? Iya, inget. Itu lo ngerti nggak?
Video tentang apa? Nggak. Kalau video yang gue buat membutuhkan shot yang banyak, biasanya gue akan membuat shot list atau storyboard untuk memudahkan gue ketika masuk ke proses production.
Ini adalah contoh shot list yang gue buat di Google Sheets untuk video cuci tangan. Untuk format atau template-nya itu banyak banget di internet, lo bisa pake yang lo butuhin aja. Misalnya lo butuh yang ada detail tipe shootnya kayak gimana, pake lensa apa, dan sebagainya. Kalau gue lebih nyaman dengan template yang kayak tadi.
Masih banyak hal yang ada di proses pre-production ini, misalnya bikin budget shooting, bikin jadwal, reading, test cam, dan sebagainya. Sekarang setelah proses pre-production selesai, kita masuk ke proses yang berikutnya, production. Production adalah proses untuk memproduksi apa yang sudah disiapkan pada proses sebelumnya. Dalam hal ini berarti shooting, seperti yang sedang gue lakukan sekarang. Skrip yang sudah ditulis akan dijadikan sesuatu yang hidup sesuai dengan kebutuhan, sehingga bisa ditonton seperti ini.
Ya, kebayangkan shooting itu ngapain? Nah, gue pengen nunjukin sekarang kira-kira depan gue itu seperti apa, point of view-nya. Lalu, apa aja yang gue gunakan dalam proses production ini? Mari dimulai dengan kamera yang gue pakai. Gue punya 2 kamera, yang pertama itu Lumix GH5S dan satu lagi Sony A6600 yang lagi dipakai sekarang.
Untuk kamera Lumix, gue punya lensa 8-18mm f4 dan 18-35mm f1.8 Sigma yang dipasang dengan converter. Untuk kamera Sony, gue punya lensa 28mm f2 dan Sigma 16mm f1.4. Nah, yang kalian lihat sekarang ini adalah hasil dari kamera Sony A6600 dengan lensa 35mm f1.8. Dan lensa ini bukan punya gua, ini lensa minjem anak magang Selanjutnya untuk audio ini yang lagi kalian denger itu direkam dengan Rode VideoMic Pro Yang langsung connect ke kamera dengan extension kabel biar bisa fleksibel dalam penempatan mic-nya sendiri Kenapa gua gak pake sound recorder eksternal? Karena menurut gua lebih praktis kalo audio dan video itu langsung sync Dan untuk audio sendiri juga nanti akan gua processing lagi biar kualitasnya lebih bagus Untuk lighting gua pake Godox SL60W dengan Softbox Aputure Light Dome Mini 2 yang sekarang lagi gak gua pake Godox SL60W ini cukup banget buat keperluan syuting gue, walaupun nanti rencana mau nambah satu lagi.
Softbox-nya juga gue pilih yang Aputure Light Dome Mini 2 karena ukurannya yang kecil, gak makan banyak space di dalam studio ini. Selain itu gue juga punya Aputure Amaran ALM9 dan Aputure LS Mini 20C. Jadi syuting itu adalah tahap yang paling bikin gue males. Gue harus setup banyak hal sebelum kamera roll, gue harus ngomong sesuai dengan skrip kayak gini, malah durasinya panjang lagi belum kalau gue salah ngomong. Bener kan?
Oke, sekarang ini kan gue masih ada di proses production, tapi begitu syuting ini selesai, gue akan masuk ke proses selanjutnya. Post Production Setelah kelar syuting, gue akan memindahkan seluruh footage-nya dari SD Card ke external hard drive yang gue punya. Management file dimulai dari sini.
Gue akan masuk ke... Di dalam folder tahun videonya dibuat, platformnya dimana, dan juga channel Youtubenya yang mana. Di dalam folder channel Youtube, gue akan selalu buat folder baru untuk setiap video yang akan tayang.
Ini adalah contoh folder Youtube channel ini tahun lalu. Gue ngedit video itu nggak di PC gue, melainkan di laptop gue, di Macbook. Aplikasi yang gue pake untuk video editing adalah Final Cut Pro X atau Final Cut Pro X. Kenapa gue pake ini?
Karena gue udah terbiasa. Dari awal bikin video, gue ngeditnya di iMovie. Nah, terus gue pengen upgrade nih. Final Cut Pro ini itu mirip banget secara tampilan dengan iMovie, tapi lebih powerful.
Jadi loh, sampai sekarang gue pake aplikasi ini. Kalo lo pada nyari yang gratisan, mungkin lo bisa pake iMovie. Kalo lo ada di ekosistem Apple, atau kalo lo mau nyari yang gratisannya di Windows, lo bisa diskusi di kolom komentar di bawah, pake aplikasinya apa, karena gue nggak tau.
Nah, setelah file-nya udah rapi, biasanya gue akan ngedit audionya dulu di awal. Ini biasanya untuk vlog-vlog yang ngomong kayak gini, atau video sketsa komedi. Kenapa gue ngedit audio di awal?
Karena gue harus ngembangin levelnya dulu nih, khususnya untuk video sketch-a-komedi karena yang main nggak cuma gue. Tujuannya adalah ketika nanti gue ngedit di Final Cut, itu gue udah fokus sama ceritanya dan ya finishing-nya aja, kayak nambahin lagu, sound effect, color correction, color grading, dan sebagainya. Begitu selesai dengan audio, yang gue lakukan berikutnya adalah import video dan audio yang udah diedit ke Final Cut.
Setelah itu gue ngesync video dan audionya. Nah, sekarang gue udah dapet banyak file video yang audionya udah oke. Berikutnya gue tinggal menjahit video-video itu sesuai dengan skrip dari awal sampai selesai. Ya, gue nggak usah jelasin detailnya kayak gimana karena gue bukan channel tutorial editing.
Kira-kira gitu aja proses gue dalam membuat konten dari ide sampai jadi. Sekarang kita masuk ke kesimpulan. Mari kita recap. Untuk membuat konten yang ada ceritanya, lo harus punya ide. Ide ini yang kemudian dikembangkan menjadi premis biar lo tau tujuannya mau kemana.
Dari premis, dikembangkan lagi menjadi skrip biar pas syuting lo nggak bingung. Skrip udah jadi, bikin storyboard atau shot list kalau perlu. Habis itu tinggal syuting deh. Syuting selesai, tinggal ngedit. Ngedit selesai, jadi konten lo.
Gampang kan? Gampang. Itu dia kurang lebih proses pembuatan video gue dari awal sampai selesai. Gitu aja ya, sekian sampai berjumpa di video berikutnya.
Semoga.