Saya tidak ingin menyebutkan ini kepada Anda, jadi saya ingin membawa Anda ke panggilan ini untuk berbicara, berbagi pendapat, dan menguruskan kebiasaan tentang cara mengajar pendengaran. Pada awal, saya ingat bahwa ini tidak tergantung dengan hal-hal yang sebelumnya, yaitu cara mengajar pendengaran untuk orang-orang yang tidak berbicara Arab dari orang Indonesia. Jadi materi kita adalah bagaimana cara mengajarkan metodologi pembelajaran keterampilan istimewa Khususnya bagi pelajar bahasa Arab yang tinggal di Indonesia Jadi ini saya saikan dari beberapa karakteristik para pembelajar bahasa Arab Khususnya mereka yang tinggal di Indonesia Dan bukan pelajar yang belajar bahasa Arab di negara-negara lain atau di negara-negara yang berdekatan negara-negara lain selain negara Indonesia.
Nah, da'uni an aftati hadih al-galsah bi al-muqaddimah. Al-istimak, wa ma'adara kamal-istimak. Nah, dalam beberapa kamus yang terkenal, contohnya Longman, al-istimak wa amaliyyatu fahmil kalam fi l-lughal ula wa thaniya. Jadi, proses memahami sebuah ujaran, baik ujaran itu berubah ucapan atau sebuah tulisan, baik itu berasal dari bahasa pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya.
Itu menurut Longman. Selanjutnya, ada yang mengatakan bahwasannya, longman itu menggambarkan istilah istimah adalah sebuah kegiatan memahami sebuah ujaran dari bahasa pertama atau bahasa kedua, dan seterusnya. Nah, itu... sangat populer pada tahun 50-an. Akan tetapi, pengertian itu selambat laun berubah menjadi luas.
Bahwasannya istimak itu kata-kata yang lebih sumul atau lebih luas maknanya daripada hanya kata-kata simak. Loh Ustaz, kenapa istimak kok beda dengan kata simak ya? Nanti kita akan bahas selanjutnya. Yang jelas, pada perkembangan selanjutnya, bahwa pengertian istimak adalah lebih luas daripada hanya sebatas memahami sebuah ujaran.
Sedangkan dalam kamus Al-Muqid, Fayruz Zabari, mendengarkan. Jadi masdar daripada kata istama'ah, yang bermakna isra'ah, yaitu sebuah usaha untuk mencapai sebuah pemahaman memelalui khas satu sampi, memelalui alat indera pendengaran. Jika kita membicarakan tentang istimewa secara lebih dalam, tentu kita tidak asing dengan istilah empat ini.
Ini kosa kata yang sering dipakai dalam pembelajaran maharoistimewa. Yang pertama adalah asamu. Asamu itu apa sih? Yutlaku ala hasratim sarmih, wa huwa uzun. Jadi kata asamu itu sebutan.
sebuah sinonim atau muradif yang dipakai untuk menunjukkan khasatus sam'i. إِذَا يُرِيدْ أَيُّتْ لِكَ أَحَضٌ عَلِي الْأُدُنِ فَيَقُولُ أَسَمْ Jadi kata-kata sam'un itu bisa dibuat untuk men-sino-nimi kata udun. أَمَا بِنِسْبَلِ السِّمَاءِ هُوَ وُسُولُ أَيِّسَوْتٍ إِلَى الْأُدُنِ دُونَ قَسْتٍ أَوْ إِنْتِبَاهِ Jadi kata-kata simak itu proses kita mendengarkan sesuatu, menerima sesuatu. Tapi tanpa kita ingin mendengarkannya.
Contohnya ketika kita jalan, kita mendengar suara mobil, kita mendengar suara sepeda misalnya. Atau kita masuk rumah, tiba-tiba di rumah ada orang menyalakan TV dan suaranya itu terdengar oleh kita. Itu bukan istimewa. Kenapa?
Karena kita tidak ingin untuk mendengarkan itu, tapi terdengar oleh telinga kita, itu namanya aslima. Amma binis bali al-istima, yaitu lebih luas daripada sima, sama-sama menerima informasi melalui telinga, tapi dia ada niat untuk mendengarkannya. Ada tujuan untuk mendengarkannya.
Sedangkan yang lebih tinggi daripada istima, yaitu insahat. Maka dalam khutbah, biasanya al-insat itu lebih tinggi daripada al-istimah yang intinya dia harus fokus tidak hanya khas satu sam'inya saja yang fokus, tapi seluruh anggota ini juga fokus, makanya al-insat itu jangan banyak gerak dan lain sebagainya agar benar-benar fokus kenapa kita kok pakai istimah tidak hanya insat dan lain sebagainya karena dianggap istimah itu sesuatu yang lebih tepat untuk mewakili khas satu sam'i tanpa harus memfokuskan segala yang ada dalam tubuh. Tapi cukup khas satu sam'i yang ada di al-udhun itu.
Jadi ini diingat empat istilah yang sering populer dalam pembelajaran maharo istimah. As-sam'u, as-simah, al-istimah, thumma al-insad. Thumma yaliham marakhil tadris maharatil istimah.
Tingkatan pembelajaran bahasa Arabnya, pembelajaran maharo istimah, anak-anak Ini saya sarikan khususnya bagi pelajar bahasa Indonesia, itu bagi saya ada empat tingkatannya. Meskipun yang umum tingkatan pembelajaran bahasa Arab itu ada tiga, yang pertama adalah marhalatul-mubtadik, wa'al-mutawassid, thumma yaliha al-mutakaddim. Tapi menurut saya ada marhalat yang perlu ditambah lagi daripada itu, yaitu marhalatul-ta'aruf.
Tentu seseorang berhak menentukan tingkatan-tingkatan itu tergantung kapabilitasnya masing-masing. Misalnya di Eropa, aktif VL itu, menurut standar Eropa itu, bahasa Arab itu ada enam tingkatan. Ada A1, A2, B1, B2, C1, dan C2.
Di Amerika juga punya standar sendiri, tapi bagi saya, Yang lebih cocok untuk marhalat ala indonesian, ritulab ala indonesian, itu ada di 4. Jadi sebelum al-mubtadik kita dauli marhalat uta'aruf. Apa yang saya maksud dengan marhalat uta'aruf? Kita akan bahas di selanjutnya. Amma binisbali marhalat uta'aruf hura, marhalatun yak ta'aruf at-talib an-indonesi an-aswatil harakat.
Di kelas-kelas dunia, di kelas-kelas TPK, TPA, itu secara tidak langsung mereka membelajar istimewa. Tapi kalau kita namakan itu anak-anak yang di TPK itu mutade, itu menurut saya belum. Belum sampai ke situ. Tukanglah.
Unsur istimaknya itu ada, tapi kurang tepat saja. Makanya saya lebih tingkatan pengenalan. Di tingkat pengenalan ini, siswa aswatul harakat, aswatul huruf al-mushabbiha, aswatul al-syamsiyah wal-qamariyah, membiasakan telinganya mengucapkan itu.
Lidhalika, wa ma'attarika lil ta'limin maharatil istimak al-munasibah liharihi al-marhalah. Oleh karena itu, kira-kira metode apa yang paling cocok untuk siswa dalam tingkatan at-ta'rafu'a? وَلَا أَلَّا أَتُّرُكُ الْمُنَاسِبَ لِهَذِي الْمَرْحَلَةِ أَأْنِهُنَا يَأْنِي فَهِيَا الطَّارِيقَةِ صَوْتِيًّا إِذَا يَتَعَرَفُ أَتَّالِبُ أَنِ الْأَصْوَاتِ الْعَرَبِيَّةِ كَيْفَ تَقُونُ طَوِيلَ أَوْ قَصِيرَ أَوْ سُكُونَ التنوين إذا قال المدرس فائل أو فائلة وما إلى ذلك fa'ala, fa'ala, wa ma'ila dalika ia terawat hasrat Islam ila da'at tulab di dalika akuul anna tarika al-munasiba li hadhi al-marhala huwa tarika as-sautiya ponetic method au naqul ya'ani tarikat al-muhakat ida kala al-mudaris a fayakul a, na'am wa ida kala bis sukun fayakulu bis sukun wa ma'ila dalika Dan cara mengembalikan, jika guru mengatakan untuk satu kali, mungkin akan menyebutkan untuk dua atau tiga kali.
Ini disebut cara yang sesuai untuk perjalanan ini, yaitu perjalanan pengetahuan untuk mengajar ilmu pengetahuan. Kemudian, untuk perjalanan pemula, apa yang dilakukan para pelajar di perjalanan pemula? Apa yang dilakukan para pelajar?
pada tingkatan pemula ini bagi saya. Malhalatul Ta'aruf tadi saya kira semi-pemula. Kalau Muqtadir ini benar-benar pemula. Ya ini melakukan perintah secara fisik.
Karena ini benar-benar ada bahasanya. Kalau tadi kan hanya mengajarkan huruf atau cara membaca atau cara mendengar bahasa Arab. Tapi ini benar-benar ada unsur bahasa Arabnya. Itu yang saya maksud. Jadi, awal-awal kita harus melakukan pergerakan jasadinya, misalnya melakukan perintah secara fisik.
Misalnya, KUM ANTA YA BUNAI Ida qama ahadun, kif makanek. Ida fahima tulab hadha al-amal, fayaqifu fima kanek. KUL YA BUNAI YA BUNAI, SAMMI ALLAH FI AL-AKL Wahai anak saya, wahai anakku, coba sebelum makan ucapkan bismillah. Kira-kira kalau dia paham, dia mengucapkan bismillah enggak?
Ini marhalatul ta'aruf. Melakukan perintah secara fisik, menjawab pertanyaan secara tertulis, dan lain sebagainya. Intinya pada fase ini, para pembelajar diajak untuk memahami pembicaraan sederhana yang dilontarkan oleh guru tanpa respon lisan. Tapi kita usahakan yang gerakan. Karena anak-anak itu lebih suka bergerak daripada berbicara.
Kira-kira metode apa yang lebih cocok digunakan pada marahalat al-mubtadir? Adunnu, yaitu tariqah al-mubashirah Ia menansap at-turuk al-muttaba'ah Lita'lim maharat al-istimah Linnatikina bighairidha minal adudisiin Limarhalat al-mubtadir Nah, wasil ilal marahalat al-mutawassid Amma binisba limarhalat al-mutawassid Mada ya'malu at-tullah fi haril marahala? Yaitu pada fase ini pelajar diberi pertanyaan-pertanyaan secara lisan atau tulisan. Ada pun modul teknik evaluasinya bisa beragam, bisa berupa media.
Ini mulai kita masukkan media, lagu, percakapan, film pendek, dan lain sebagainya. Intinya pada fase ini, siswa dituntut untuk bisa al-imla'a bil-masmu'iraqa la'ahadun hadihil kalimah Jadi ketika seorang guru ngomong kalau kita kata kalimat kitab kalau kita kata kalimat kitab dia menggambarkan dalam pikiran dan bagaimana dia menggambarkannya dengan kata-kata dan dengan kata-kata kemudian kita mencari dan kita mencari beberapa fakta atau yang tidak berbeda dengan 4 atau 5 jendela atau mungkin hanya 3 jendela dan menentukan apa yang bergantung pada ini apa yang bergantung pada orang-orang ini apa yang bergantung pada ini apa yang bergantung pada ini apa yang bergantung pada ini seperti apa makna ini apa makna ini apa nama ini apa makna ini apa makna ini Dan proses evaluasinya bermacam-macam ya. Di sini boleh kita masukkan al-istiyar min muta'adid.
Latihan-nya bisa kita masukkan abc. Atau tahdid maukihil khatak waswab. Atau menentukan salah benar, salah benyar. Atau menentukan pernyataan.
Atau rubama yakni vimal ilfarag. Atau menentukan melengkapi keanggasi kosong melalui istimak tadi. Kira-kira metode apa yang paling cocok untuk maharat istimewa marhalat al-mutawassid huna, walakala hali al-turk al-munasiba li hadil marhalat wa huwa tarikat al-imla wa tarikat al-sam'iyah wa al-shafawiyah hada la shakta fihi, yani tarikat al-sam'iyah hiya tarikat al-wahidah allati tatamasha wa tatanagam daiman ma'a tadris maharat al-istimewa li al-natikina bi gaya, sekarang marafil tadris al-istimewa li al-marhalat al-mutakaddim, advance naam Kira-kira pada level yang paling tinggi ini, apa yang dilakukan oleh siswa?
Pada fase ini, siswa dituntut untuk lebih aktif dan kritis. Ingat ya, tidak hanya aktif tapi juga kritis dalam memahami teks yang didengar atau yang sampai di telinganya. Ada pun media bisa menggunakan berita, siaran, pidato, sambutan, dan lain sebagainya. Kira-kira metode apa yang paling cocok di sini? Yaitu, Artinya, Seperti biasa, tanpa harus media itu, tapi dia mendaharkan secara telkaian, fa'innahu yadamadkan taswir wa ta'bir hadihi al-ma'lumat alladhi tasul ila urunihi lisaniyan wa kitabiyyan.
Wa tarikatul tadwini al-mulakha'ra, dia mulai mengkritik, oh itu tidak hanya menjawab pertanyaan sepetar itu, tapi mengkritisi, oh ini salah. Oh ini koaitnya salah. Oh yang diucapkan itu kurang benar.
Oh ini sebenarnya tidak disampaikan sekarang. Itu halat mutakat. Watarikatut tahminatdaki.
Artinya dia memprediksi misalnya membaca suatu teks, tapi setengah paham, setengah tidak paham. Karena kosa katanya sulit misalnya. Oleh karenanya, dia mengira-ngira.
Watarikatut tahminatdaki. Artinya mengira-ngira kira-kira apa. apa kira-makna yang belum saya ketahui nak menanya ini, bisa dipahami keseluruhannya atau secara intinya seperti itu.
Jadi itu tingkatan pembelajaran istimewa. Ada yang mengatakan tiga tingkatan mutadik, mutawasid, wa mutakaddim dan ada yang menambahkan mutamayiz, excellent. Jadi ada empat.
Tapi bagi saya yang lebih cocok adalah mutakaddim, mutawasid, mutadik, dan sebelum mutadik dialui, marhalatu ata'aruf. Ini lebih cocok ke teman-teman Raudatul Atfal dan lain sebagainya TPG yang memang mempelajari huruf-huruf Wijaya, bacaan-bacaan, tapi mereka belum mempelajari bahasa Arab. Maka tidak layak saya katakan mereka itu sebagai pembelajar bahasa Arab, khususnya istimewa pada tingkatan Muftadi.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh