Hai Nusa [Musik] dinamika perumusan Pancasila perdebatan mengenai hubungan antara agama dan negara turut mewarnai sidang bpupk kala itu para pejuang dan pendiri bangsa Indonesia berbeda pendapat soal ini sebagian menghendaki Islam menjadi dasar negara sebagian lainnya berpandangan bahwa negara Indonesia tidak perlu menjadikan agama sebagai dasar negara Soekarno dan Hatta misalnya adalah tokoh yang berpandangan bahwa negara Indonesia tidak dapat didasarkan kepada Islam sementara itu Moh Natsir Hai guys Hadikusumo dan Kyai Haji Wahid Hasyim memandang bahwa Islam harus menjadi dasar negara untuk mengatasi perbedaan pendapat tersebut sebagai bagian dari demokrasi serta untuk menghindari perpecahan maka dicarikan titik temu dalam Panitia Sembilan yang dibentuk setelah sidang pertama BPUPKI setelah melewati diskusi panjang akhirnya Panitia Sembilan menyepakati preambule yang disampaikan oleh Soekarno selaku ketua panitia sembilan dalam sidang BPUPKI kedua pada 10juli 1945 preambule ini merupakan persetujuan bersama antara kalangan yang semula berbeda pendapat ini adalah potret sebuah proses demokrasi yang indah perdebatan dan perbedaan pendapat bukanlah sesuatu permusuhan melainkan bagian dari ikhtiar bersama untuk mencari rumusan dasar negara Indonesia yang tepat berikut bunyi preambule ya ajakan oleh Soekarno [Musik] namun tak cukup sampai disitu pria bule tersebut Rupanya masih menjadi polemik di kalangan pendiri bangsa Mohammad Hatta misalnya tetap berpandangan bahwa Islam tidak perlu menjadi dasar negara secara formal Islam tetap menjadi semangat dan dasar moral akhirnya dalam sidang PPKI pada 18 Agustus 1945 tujuh kata dalam preambule dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya dihapuskan alasannya the dapat keberatan dari satu kelompok anak bangsa terkait dengan tujuh kata dalam preambule tersebut demi menjaga keutuhan bangsa akhirnya Moh Hatta mendiskusikan tentang rencana penghapusan tersebut kepada tokoh Islam seperti Ki bagus Hadikusumo dan Kyai Haji Wahid Hasyim saat mengetahui keberatan dan potensi perpecahan Ki bagus Hadikusumo dan Kyai Haji Wahid Hasyim sebagai representasi dari dua organisasi Islam terbesar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama pun setuju dengan penghapusan tujuh kata tersebut Ki bagus Hadikusumo misalnya mengatakan [Musik] Hai [Musik] kesaksian Kyai Haji Maskur anggota BPUPKI yang juga Panglima Laskar Sabilillah menceritakan pertemuan 5 tokoh di akhir bulan Mei 1945 yang membahas tentang dasar negara yang akan diresmikan oleh BPUPKI tim Arsip Nasional Republik Indonesia dalam hal ini dilakukan oleh m bin Majid sempat melakukan wawancara kepada Kiai Maskur berikut adalah transkripsi sejarah lisan yang disampaikan Kiai Maskur tersebut [Musik] Hai selanjutnya kelima tokoh tersebut melanjutkan dialog dengan topik perikemanusiaan yang adil dan beradab sebagaimana percakapan berikut menurut [Musik] cerita Kyai Mastur kepada m.din Majid tim dari Arsip Nasional Republik Indonesia yang mewawancarai berlanjut pada diskusi tentang gotong royong musyawarah mufakat berikut adalah transkripsi dialog tersebut [Musik] Hai [Musik] [Musik] kesepakatan tentang lima dasar yang dikenal Pancasila itu juga diungkap oleh Kyai Maskur sebagai berikut [Musik] [Musik] Lalu bagaimana sebenarnya argumentasi masing-masing kelompok tersebut pertanyaan ini membawa kita pada keharusan melakukan klasifikasi pemikiran tentang hubungan agama dan negara sebagaimana yang lazim diketahui dua pandangan tentang hubungan agama dan negara itu dibagi kedalam dua kelompok pertama kelompok yang menginginkan Indonesia tidak berdasarkan pada agama masuk dalam kelompok pertama ini adalah Soekarno Hatta Moh Yamin Ahmad Soebardjo AA Maramis dan lain sebagainya kedua kelompok yang menginginkan Indonesia berdasarkan Islam masuk dalam kelompok ini adalah Abdul Kahar Muzakir Agus Salim Ki bagus Hadikusumo Kyai Haji Wahid Hasyim M Natsir dan lain sebagainya tentu saja ada banyak tokoh lain baik yang berada di kelompok pertama maupun di kelompok kedua yang akan menjadi fokus kita sekarang bukan nama-nama tokoh tersebut tetapi Bagaimana argumentasi dari masing-masing tokoh tersebut kelompok pertama nasionalis sekuler kelompok ini memandang bahwa negara Indonesia tidak bisa Ken kepada agama atau secara spesifik kepada Islam meskipun pemeluk agama Islam di Indonesia memiliki jumlah terbanyak diantara agama-agama lain argumentasinya adalah agama dan negara memiliki domain yang berbeda agama berkaitan dengan urusan pribadi dengan Tuhan Yang Maha Esa memiliki kebenaran Absolut bersifat Suci Sementara negara menyangkut persoalan dunia dan kemasyarakatan Karena itulah bagi kelompok ini negara tidak memiliki kewenangan untuk mengatur urusan internal agama masing-masing apalagi memaksakan agama kepada warga negaranya sebagaimana kita tahu Indonesia memiliki banyak agama dan kepercayaan karena itu menurut pandangan kelompok ini perlu ada satu dasar yang dapat mewadahi menampung dan memfasilitasi keberadaan agama dan kepercayaan di Indonesia Hai sore promo secara cerdik membedakan negara Islam dengan negara berdasar atas cita-cita Luhur agama Islam hoipo mau kemudian menceritakan bahwa dalam sejumlah Negara Islam seperti Mesir Iran dan Iraq masih muncul pertanyaan Apakah hukum syariat Islam bisa disesuaikan dengan hukum internasional atau tidak dalam keterangannya disebutkan ada yang membolehkan menyesuaikan dengan hukum internasional ada juga yang mengatakan tidak boleh ini tentu berbeda dengan negara berdasar atas cita-cita Luhur agama islam dimana syariat Islam tidak menjadi ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku dalam suatu negara melainkan negara mengambil spirit dan semangat dari Islam Karena itulah sopo menolak gagasan Negara Islam itu Namun demikian bukan berarti negara kita demikian Soepomo menjelaskan adalah negara are light Hai melainkan sebuah negara yang memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur menjaga cita-cita moral rakyat Indonesia budi pekerti kemanusiaan yang luhur itu juga yang dianjurkan oleh Islam jika Islam menjadi dasar negara itu sama saja dengan menjadikan Islam sebagai ideologi Soekarno menentang hal ini Soekarno mengagumi Turki yang dipimpin oleh Mustafa Kemal ataturk yang disebut Soekarno sebagai langkah modern dan revolusioner karena ia memisahkan agama dan negara agama dijadikan urusan perorangan bukan Islam itu dihapuskan oleh Turki tetapi Islam itu diserahkan kepada manusia-manusia Turki sendiri dan tidak kepada negara tulis Soekarno dalam artikelnya berjudul Apa sebab Turki memisahkan antara agama dan negara yang termuat dalam salah satu edisi suratkabar Panji Islam tahun 1900 10 kelompok kedua nasionalis Islam sementara kelompok kedua berpandangan bahwa Islam bukan saja mencakup moral tetapi juga berkaitan dengan sosial dan politik Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan manusia lebih dari itu dalam pandangan M Natsir Islam adalah agama mayoritas bangsa Indonesia sehingga Islam perlu menjadi dasar negara menurut Natsir Islam memiliki nilai-nilai sempurna bagi kehidupan bernegara dan dapat menjamin keragaman hidup antar berbagai golongan dengan penuh toleransi bahkan jikapun Islam tidak menjadi dasar negara bagi Natsir tidaklah masalah dengan catatan hukum Islam dapat diterapkan negara bukanlah tujuan melainkan hanyalah alat untuk mewujudkan ajaran-ajaran Islam tulisan akhir-akhir dalam Panji Islam 15juli 1947 lah argumen untuk mendukung perlunya menjadikan Islam sebagai dasar negara banyak merujuk kepada sejumlah ayat dalam al-quran sekaligus juga praktik yang dilakukan oleh Nabi Muhammad terutama di Madinah Islam menurut Ki bagus Hadikusumo mengajarkan empat perkara yakni Iman ibadah amal saleh dan berjihad dijalan Allah apabila keempat ajaran ini diterapkan dengan sungguh-sungguh di Indonesia kata Ki bagus alangkah Sentosa bahagia makmur dan sejahtera nya negara kita ini hai hai [Musik]