Bagi saya, sebenarnya enggak ada yang punya dasar untuk menyatakan diri paling benar membawa nama agama. Oleh sebab itu, kedepannya menurut saya yang penting itu bagaimana masalah ideologi ini diperkuat. ke depannya program, enggak usah lagi politik identitas, karena semua kalau bicara agama masing-masing punya dalil kok taruhlah kalau pandangannya Ahok yang dianggap tidak Islam dan sambungannya kemudian yang satu Islam Pak Anies dan sambungannya itu pendukung Pak Anies banyak juga yang tidak sholat kalau waktu kampanye itu tapi banyak yang sholat juga pendukung Ahok juga ada yang sholat waktu kampanye, jadi itu bukan urusan agama sebenarnya, nah yang begitu-begitu itu ke depannya dikurangi atau kalau bisa bukan hanya dikurangi tapi dihilangkan sehingga politik ke depan itu taruhlah politik identitas itu tidak bisa dihindari orang memilih karena kesamaan agama kesamaan suku itu silakan, tapi kalau sampai menimbulkan perpecahan...
ideologis itu amat sangat berbahaya sebenarnya amat sangat berbahaya nah ke depannya maka saya berpikir gerakan moderasi beragama Moderasi beragama, di mana agama itu menjadi alat pemersatu, gerakan jalan tengah. Kalau di dalam Islam itu namanya Islam wasatuyah, Islam yang di tengah, tidak ekstrim ke kanan, tidak ekstrim ke kiri. tapi inklusif, menerima perbedaan itu sebagai keniscayaan dan tidak menganggap orang lain yang berbeda itu sebagai musuh. Nah istilah moderasi beragama dengan kata Islam wasatiyah ini oleh orang yang tidak paham betul. Itu dianggap, wah Islam apa lagi tuh?
Islam ya Islam gitu. Dimana ada kata Islam wasatiyah di dalam agama Islam kan gitu. Ya sama aja dengan orang mengatakan, Islam rahmatan lil'alamin tuh dimana dalilnya?
Nggak ada. Dalil Islam rahmatan lil'alamin. Sama tidak ada dalil Islam wasatiyah. Sama tidak ada dalil Islam kafah tuh dimana?
Nggak ada. Yang ada itu begini. Kalau Islam rahmatan lil'alamin itu dalilnya, wa ma'arsalna ka'illa rahmatan lil'alamin.
Bukan Islam rahmatan lil'alamin. Tapi lalu dikonseptualisasikan ke atas, Islam yang muderatu yang Islam rahmatan lil'alamin. Kata wasatiyah itu ada juga dalam Al-Quran, wa kadhalika ja'alnakum ummatan wasatuh.
Semoga saya telah menciptakan kamu sebagai umat wasatiyah. Umat jalan tengah tidak ada kata ja'al nakum islam wasatiyah, tidak umatan wasatiyah, karena islam kafah. Apa?
Utuhulu, fisilmi kafah, tidak ada. Saya mencatatkan. Islam kafas, tapi dikonsepkan sebagai istilah di dalam keilman itu biasa, di abstraksi ke atas diberi nama ini sebagai konsep nah kedepannya menurut saya moderasi beragama itu menjadi sangat penting, moderasi beragama apa Karena berangkat dari keyakinan bahwa perbedaan itu adalah keniscayaan, perbedaan itu adalah sunnatullah, perbedaan itu adalah fitrah. Gitu aja ke depannya.
Bahwa tidak mungkin kita itu sama. Dulu kita sudah pernah diskusi tentang ini. Tidak mungkin orang sama.
Itu sebagai ciptaan Allah dan disitu kita bersatu. Itulah cara kita menghayati agama kita. Bahwa kita ini memang berbeda diciptakan oleh yang disana.
Karena yang disana mengendaki kita berbeda, ya mari kita bekerja. sesuai dengan kehendaknya. Nah, oleh sebab itu, Bang Garni, yang terakhir nih, soal kesatuan kita, masa depan bangsa kita. Saya menolak keras kalau ada orang mengatakan di Indonesia ini ada Islamofobia. Di mana orang Islam itu didiskreditkan, tidak ada Islamofobia.
Kalau Islamofobia di dalam ilmu itu dikatakan, Islamofobia itu satu konsep yang mengatakan bahwa pemerintah takut dan benci terhadap umat Islam, umat Islam itu takut dan malu. disebut umat Islam. Disebut Islam.
Sehingga kalau di dalam Islamofobia orang Islam itu sembunyi-sembunyi. Karena malu dan takut. Sementara pemerintahnya selalu mengincet. Nah di Indonesia sekarang enggak ada itu.
Orang, pemerintah enggak punya program. Gramanti Islam, sama sejak dulu pemerintah-pemerintahnya ya sholat, ya rajin sholat, biasa. Tidak malu juga dan tidak takut. Rakyatnya juga biasa.
Sekarang itu umat Islam sudah masuk ke berbagai institusi-institusi pemerintahan melalui kontestasi yang wajar. Sehingga enggak benar, wow, kalau Islam selalu didiskreditkan, di mana? Sekarang pemimpinnya kita, ya Islam.
Sebagian terbesar masih Islam dan merasa tidak malu dan tidak takut. Aku Islam sholat di mana? Saya bukan karena, misalnya begini, orang menganggap Pak Jokowi itu sekuler, tidak Islam. Terus terang saya menyaksikan sendiri, Pak Jokowi itu waktunya sholat pergi. Di pesawat masuk ke dalam, sholat, saya kemarin baru terbang.
Ada di KTT ASEAN, waktu sedang rame begini antar kepala negara itu, dia paham sholat sebentar. Tidak merasa malu dan tidak merasa takut dan tidak membuat kebijakan. anti Islam. Oleh sebab itu, menurut saya istilah Islamofobia itu hanya persaingan politik yang dibuat-buat, yang sebenarnya kalau dia jadi memimpin, melakukan hal yang sama.
Tidak ada program-program yang secara kategoris disebut anti Islam. Oleh sebab itu, ke depannya kita tidak usah membedakan.