Transcript for:
Strategi dan Pengalaman Ekspor Sabut Kelapa

Halo semuanya nama saya Firman Yusuf asal dari Kabupaten Cilacap Cilacap itu dari dulu memang sudah pernah ekspor. Saya mendalami tentang sabut kelapa dari kelas 2 SMA hingga sekarang. Itu kenapa? Karena ada satu kejadian yang membuat komoditas sabut kelapa di kabupaten kami itu terkena rapot merah. Maka dari situlah saya mengadakan analisis dan akhirnya ingin sekali mencoba ekspor. Hai karena dulu saya itu di SMA itu hanya sekedar research Bagaimana sabut kelapa itu biar bisa jaring produk jadi dan the diminati oleh apa customer waktu itu sih belajar sendiri sih ngeliat YouTube tapi rasa ingin ekspor ekspor itu muncul di 2020 ketika waktu itu pandemi dan pertama kali kita dapat orderan nih dari Taiwan sama Hongkong di kerajinan tangan lalu kita kirim sekitar 1000 bisnis ke sana lalu setelah itu kita belum like ekspor juga masih belum tahu manfaat apa itu si ekspor dan akhirnya di bulan Juli akhirnya kita mendalami ekspor Kalau dari produk sendiri kita ekspor coconut bristol dan kalau kita ambil dari outsourcing pabrik-pabrik lain itu kita ekspornya itu serutan kayu hai hai Produk inilah yang kita ekspor ke China. Ini adalah Coco Bristol, di mana Coco Bristol adalah serat panjang sabut kelapa. Kalau Coco Faber diproduksi dengan mesin Coco Faber, keluarnya akan keriting. Tetapi kita ada mesin khusus. khusus untuk memproduksi ini dan untuk memproduksi ini itu memang sangat terbatas soalnya konsepnya itu adalah satu mesin satu pengrajin tidak bisa dikalikan menjadi dua orang dari mesin Mesinnya Koko Bristol sendiri itu hanya terproduksi satu harinya mungkin maksimal ya 5 kg sampai 15 kg. Dan memang produk ini bisa dibilang komoditas paling mahal di Serabut Kelapa. Kalau kita melihat harga dari Koko Fiber itu di angka Rp 2.500 hingga Rp 3.500. Tetapi di harga Koko Bristol ini itu di angka Rp 16.000 hingga Rp 35.000. Ada pun nanti Rp 35.000. 35 ribu kita akan membuat produk, karena 35 ribu itu akan kita ekspor ke negara-negara yang memproduksi alat-alat kecantikan. Dan itu sedang kita kembangkan. Apabila ada yang tertarik, kami dari Koko Kreatif Indonesia mengajak untuk berkolaborasi untuk memproduksi satu produk ini yang namanya Koko Bristol. Kalau serutan kayu itu kita ngambil di Jawa Timur. Kita itu ngambil di sana dan langsung kita ekspor. Jadi suppliernya itu dari Jawa Timur, yaitu dari Lumajang. Dan kita kirim ke Korea. Dan untuk Coconut Bristol kita ada public cluster. Kita mewadai masyarakat dan juga mengumpulkan masyarakat nih, sekebuatan Cilacap untuk memproduksi tersebut. Dan juga tidak hanya di Cilacap saja, kita mengadakan... Ajak seluruh produsen di Jawa bahkan di luar Jawa seperti Lampung dan Sulawesi untuk ikut bergabung bersama kita memenuhi kuota bayar yang sekarang ini sedang diadakan kontrak. Jadi rencana kami adalah kami membentuk ribuan kluster Mungkin nanti bisa jadi jutaan kluster Untuk kita kumpulkan namanya Coconut Bristol Karena Coconut Bristol ini komoditas yang memang sangat sulit Apalagi kalau untuk sikat Karena kan ini nanti dibentuk menjadi sikat, itu minimal panjang itu 30 cm. Dan kelapa itu panjangnya 20 cm hingga 30 cm. Dan dari situlah, dari satu mesin pun bisa memproduksi 5 sampai 15 kg perharinya. Maka di situ empowerment dari pengrajin itu sangat dibutuhkan di sini. Ketika kita menjadi, katakanlah menjadi eksportir, kita itu harus punya satu produk unggulan yang dimana mungkin ada yang bilang produk unggulan ngambil dari outsourcing lainnya, tapi menurut saya Ketika kita mengirim barang, kita juga harus punya produk umpulan yang diproduksi sendiri. Nantinya ketika ada buyer, coba nanti saya datang ke pabrik, inilah pabrik kita, hasil pabrik kita di produk ini. Tetapi kita juga punya kolaborasi dengan pabrik-pabrik lain di komunitas yang lain. Pengalaman terburuk pertama itu kita pernah kita kumpul di tim ini, itu kita ke supplier. Nah ternyata suppliernya itu bohongin kita, itu di Wonosobo. Jadi ada yang, Mas saya siap supply 25 kontainer. Kita kesana dan tidak ada sinyal, mobil kita itu sampai gak bisa maju gak bisa mundur. Jadi jam 12 malam kita di tengah hutan di Wonosobo. Dan kebetulan mungkin Allah menolong kita itu kadusnya nyamperin kita. Mas kenapa? Dan akhirnya dibantu Dan dibantu sama warga sekitar Dan dicari tuh Yang nipu kita sampai dibilangin dan segala macam Karena kita udah serius nih Untuk ketemu Dan dia oke mas saya tunggu Kita ada niat baik untuk Survei Dan akhirnya Dan kejadian itu sih Gak satu kali dua kali Kita jauh-jauh ke Surabaya disamperin Ternyata profil yang di Google ataupun apapun Itu itu palsu ketika kita datang disitu tempat sampah itu dari sisi dari si supplier ya Mas Adapun dari sisi bayar ini kita ada kejadian kita ekspor mungkin ya kita belum mendalami dan akhirnya ada kekegagalan bayar tapi Alhamdulillah kegagalan bayar itu kita selesaikan melalui KBRI dan akhirnya setengah dari pembayaran itu sudah masuk ke kita dan Dan tinggal menunggu pelunasannya. Tetapi dari situ pun kita muter uangnya itu bingung. Karena memang belum ada pemasukan dan pengeluaran terus setiap harinya. Itu sih menurut saya kejadian memang terburuk sekali. Ketika kita mulai ekspor. Terima kasih. Intro Yang pertama, carilah produk terutama di kampung halaman kalian Karena di kampung halaman kalian itu banyak sekali komoditas-komoditas Yang memang di luar logika kita, ternyata hal sepele produk ini tuh bisa laku Dari situ, jangan cari produk yang lain dulu. Fokus ke satu itu, ke satu produk, cari produk nalisnya. Ini dibuat untuk apa? Terus, berapa bisa supply dari kamu halaman ataupun di daerah lain? Dan kualitas-kualitasnya, bagaimana cara pengirimannya, dokumen-dokumennya, itu harus digali dulu sebelum mencari bayar. Dan setelah fondasi itu sudah kuat, kita langsung buka lah. Kita share mungkin di komunitas, ataupun kita cari tuh, namanya Trademap. Di situ juga bisa mencari yang gratisan dengan HS Code. Ya mulailah, pertama-pertama email-email dulu ke perusahaannya. Nah sebelum email nih, kita harus menyiapkan. seperti company profile, dan juga video-video produk, agar ketika kita menyerahkan email tersebut atau pesan ke bayar, itu langsung kena. Kebanyakan, waktu dulu kita pertama, kita email ke 100 perusahaan, itu nggak ada yang bales sama sekali, Mas. Tetapi ketika kita kirim katalog, kita kirim video dengan harga yang sudah jelas, itu rata-rata langsung, Mas kirim sampel, Mas kirim sampel. Karena bayar itu mungkin di sana. Karena sibuk dengan pekerjaan yang lain, atau mungkin kita ketemu di sana yang bukan memang produsen, dia ingin menyalurkan ke perusahaan lain, kan mereka tidak punya banyak waktu. Jadi bagaimana ketika kita mengirim pesan, email, ataupun apa, kebayar, itu langsung kena kebayar. Dan juga ini satu permasalahan, ketika kita menentukan harga, kita itu nggak research dulu. Di negara itu harga komoditas itu berapa? Misalnya di situ... di harga coconut bristle misalnya di China, itu coconut bristle di range harga 17 ribu hingga 22 ribu kita pasang harga 25 ribu otomatis mereka tidak mau membeli Menurut saya, sebagai eksportir, khususnya pemula, satu hal yang tidak boleh dikejar adalah omset. Karena kita adalah eksportir pemula, kita belum tahu kejadian-kejadian terburuk di ekspor. Pengalaman-pengalaman, maka dari itu pesan dari saya adalah, yang pertama, tingkatkan dulu produk knowledge-nya. Dan yang kedua pengalaman-pengalaman di ekspor. Ketiga track record. Kalau tiga fondasi itu kuat, maka ke depannya kita dihadapkan dengan produk apapun, kita tahu dan kita tahu proses-prosesnya. Menurut saya, memang ekspor itu simple, tetapi di situ harus ada elemen-elemen tertentu. Seperti bagaimana sih ada orang yang tahu tentang pengiriman, tentang dokumen, tentang regulasi di pengiriman, tentang product knowledge, dan juga supply chain. Banyak sekali sih mas, dan di situ alhamdulillah sekarang ada tim yang mengurusi setiap bidang tersebut. Untuk tips cari bayar yang pertama kita posting mas, kita posting di media sosial lokal dulu, kita kuatkan di Facebook, Instagram, di Whatsapp, dan juga kita buat website. Nah setelah orang lokal tau nih... Lalu kita buka nih pertama, kita sih sebenarnya buka akun di Go4Business Lalu yang menjadi dampak terbesar itu kita sering ikut pameran Dan kita itu sering ikut lomba Dan lombanya itu memang lomba internasional Seperti business plan Dan itu sempat terdengar sama beberapa wartawan, beberapa buyer yang Di Coconut Bristol ini langsung menghubungi kita Jadi di Coconut Bristol ini kita closingannya bayarnya saat itu pagi-pagi ya. Nelfon saya nih, jam 8 pagi telpon dari China, saya nggak tahu. Kita telpon, ada Coconut Bristol nggak? Kita langsung gil-gilan dan segala macam, kirim video dan segala macam. langsung di transfer kita itu rencana setiap bulannya itu akan mengirim 10 kontainer per bulan untuk 1 kontainer sampel Alhamdulillah belum sampel pun kita sudah kontrak dan pengiriman selanjutnya itu diangkat 30 ton, 1 kontainer 20 feet di Coconut Bristol itu sekitar 6 ton untuk saat ini dari mulai bulan Juli hingga sekarang, omset kita itu sekitar 21 ribu dolar Halo teman-teman bisa ekspor kali ini kita Koko Kreatif Lentera Indonesia dari Kabupaten Cilacap sedang mengadakan stuffing pengiriman Coconut Bristol Terima kasih telah menonton! Untuk kakanat Bristol ini, kita mengirim ke negara Cina, teman-teman. Untuk pengiriman kali ini, kita mengirim sampel. Jumlahnya adalah satu kontainer 20 bit. Dan ini adalah produk utamanya. Lalu ada produk kedua seperti Coco Pit, ada juga Coco Fiber, dan Coco Fiber yang mungkin grade-nya itu untuk lokalan. Oh iya teman-teman, untuk seribu butir kelapa yang diserut, Itu akan menghasilkan sekitar 36 hingga 40 kilogram Coco Bristol. Tergantung tipe kelapanya teman-teman. Dan untuk ketika pengiriman. Kita packagingnya adalah 2 ikat. Atau bisa diudahkan 2 tie. Satu kontainer 20 feet ini berisi metric ton Coconut Bristol. Dan ada sekitar 165 karung. Satu karung ini beratnya adalah 30 kilogram. Ayo. Oh iya, untuk packaging sendiri. Kenapa sih menggunakan karung? Karena karung itu memiliki pori-pori yang dimana berfungsi untuk mengeluarkan hawa panas yang berada dalam coconut crystal tersebut. Jika kita menggunakan plastik atau bahan-bahan yang tertutup, dia akan memuai dan melembab. Dan coconut bristolnya itu akan berubah warna. Yang tadinya kuning menjadi kehitaman. Kami berharap Tokokratik Indonesia menjadi pelopor bagi produk ini. Dan untuk produk Coconut Crystal sendiri, kami itu produksi sendiri, kami membuat kluster-kluster yang dimana kami bimbing, dan produknya akan kami ambil. Dan kita sebarkan di Kabupaten Cilacap dan sekitarnya. Kedepannya saya berharap dari Koko Kreatif Indonesia bisa menjadi sebuah produsen manufaktur di bidang turunan kelapa khususnya di Kekanat, Britsi. Mungkin untuk kali ini kita akan mengeksplor raw materialnya. Dua tiga tahun ke depan yang kita berharap kita mengeksplor produk gajinya. Harapan saya sendiri di Koko Kreatif ini, itu kita punya rencana jangka panjang. Yang pertama main productnya itu memang kita di Coco Bristol. Memang pertama kita coba untuk ekspor Coco Bristol dan kita akan meneliti, menganalisis untuk apa isi sebenarnya. Sekaligus research, analisis, bayar. Lalu setelah itu ketika semua klaster, karena kan sistem produksi di Coco Bristol itu kan memang harus sistem klaster. Dari klaster itu dikumpulkan, rencana ke depan sih kita tidak ekspor raw material, tetapi ekspor barang jadinya. Seperti mungkin sikat, di brush, dan segala macam. Dan juga goalsnya itu bagaimana kita ketika memproduksi coconut bristle itu sama sekali tidak ada waste-nya. Jadi disitu ketika kita memproduksi coconut bristle itu ada beberapa produk. Seperti coco bristle, coco fiber, coco peat. yang dihasilkan. Kalau misalnya kita memakai mesin Coco Fiber yang maraknya di Indonesia produksi Coco Fiber, itu hanya Coco Fiber dan Coco Pits saja. Tetapi di sini itu bisa banyak banget. Seperti nanti ada media tanam buat tanaman vanili. Itu banyak sekali. Dan di situ keinginan saya kepada Coco Kreatif sendiri. Coco Kreatif itu nantinya menjadi producen zero waste yang bulu kehilir itu bisa dipegang sendiri. Terima kasih telah menonton! Selamat siang, bangun dunia! Terima kasih.