Transcript for:
Tantangan Pendidikan Mahasiswa Zaman Now

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Selamat datang kembali di Guru Gembul Channel Kalau ada pihak yang mengatakan bahwa Mahasiswa-mahasiswa zaman now Itu tidak lebih baik Daripada mahasiswa-mahasiswa angkatan 10 tahun atau 20 tahun yang lalu Baraya setuju gak dengan pernyataan itu? Kalau berani setuju dengan pernyataan itu, maka saya harus mengabari bahwa kesetujuan itu memang dikonfirmasi oleh beberapa indikasi dan kriteria Bahwa misalkan mahasiswa-mahasiswa zaman sekarang itu secara akademik memang lebih lebih bermasalah. Kemampuan mereka dalam heristik, dalam mencari sumber, dalam mengolahnya, dan kemudian dalam mempresentasikannya, itu tidak lebih baik daripada angkatan 10 atau 20 tahun yang lalu. Setidaknya, begitulah pengakuan para dosen yang sudah berpengalaman. Kemudian, secara organisatoris, kita juga mengetahui bahwa isu-isu yang dikemukakan oleh mahasiswa zaman sekarang itu sama sekali tidak menggigit.

Penampaknya ada banyak drama dan kemungkinan juga disusupi oleh kepentingan-kepentingan yang lain. Banyak orang yang yang menduga seperti itu. Jadi secara organisatoris maupun secara akademis mahasiswa-mahasiswa sekarang tidak lebih baik daripada generasi 20 tahun yang lalu.

Tapi kenapa bisa seperti itu? Ada banyak sekali faktor, ada banyak sekali alasan tapi kita akan memulai dari beberapa hal yang sangat sederhana terkait dengan sistem pendidikan di Indonesia mentalitas Simak videonya sampai tuntas, khususnya ketika baraya adalah mahasiswa, calon mahasiswa atau mantan mahasiswa Yuk kita mulai Di tahun 2003 dan kemudian berlanjut sampai tahun ini Masyarakat Indonesia, pemerintah Indonesia dan secara khusus Kementerian Pendidikan Indonesia Ditampar berulang-ulang dengan hasil survei yang menyakitkan dari PISA Yang sepertinya adalah PISA Selalu menyebut bahwa Indonesia adalah negara penyelenggara pendidikan terburuk di dunia atau salah satu yang terburuk di dunia. Dengan menyebut dalam survei anak-anak di Indonesia yang menjadi siswa di sekolah itu lemah sekali dalam hal matematika.

matematika rendah sekali nilainya dalam sains dan rendah sekali kesadaran mereka untuk membaca jadi semuanya jelek kalau sudah seperti itu yang masa depan kayak gimana jadi bisa memberikan penekanan kepada masyarakat Indonesia dan kepada pemerintah Indonesia supaya lebih memperhatikan pendidikan nah tetapi pemerintah Indonesia bukan hanya mengubah sistem pendidikan sejak saat itu bukan hanya mengubah sistem assessment sejak saat itu tetapi mereka melakukan tindakan Tindakan-tindakan yang jauh lebih cerdas lagi. Apa itu? Kan mereka mikirnya gini.

bisa menganggap sistem pendidikan kita jelek. Dari mana mereka mengetahuinya? Dari statistik, dari angka-angka, dari numerik.

Kan begitu. Maka, kalau misalkan kita harus mengubah sistem pendidikan kita, itu jauh lebih berat. Kalau kita nanti harus mengubah anak-anak kita menjadi lebih jenius, itu jauh lebih lama prosesnya. Ada proses yang lebih cepat. Yaitu apa?

Karena kecerdasan anak-anak, karena penyelenggaran pendidikan baik dan buruknya itu dinilai dengan angka-angka, ya sudah, angkanya ditinggalkan. meninggikan saja jadi sejak saat itu obrol nilai di Indonesia itu terjadi dimana-mana dari setiap sekolah setiap Universitas apa semuanya obrol nilai coba misalkan baraya hitung ya baraya pernah nggak ngalamin ini sebagai siswa pada baraya pasti pernah mengalami khususnya angkatan tahun 2000-an kesini gitu ya atau tahun 1990-an kesini itu kalau misalkan baraya belajar tentang suatu kemudian baraya tidak paham dan kemudian nilai ulangannya jelek terus dan baraya dimarahin terus sama guru dan kemudian baraya Saya dikasih tugas-tugas tambahan untuk bisa melengkapi nilai dan sebagainya. Dan baraya merasa bahwa saya tidak menguasai pelajaran itu. Saya tidak berbakat di pelajaran itu.

Tapi pas nerima raput, nilai baraya itu KKM atau bahkan hampir sama dengan nilai-nilai anak yang rajin. Pernah nggak ngalamin seperti itu? Pas belajar susah payah, ternyata nggak bisa apa-apa.

Tapi pas nilainya bagus. Kenapa bisa seperti itu? Karena nilai di Indonesia itu dikatrol. Di angkatan saya, nilai 6 itu udah biasa. Di angkatan sekarang, kalau misalkan ada guru yang ngasih nilai 6, itu akan diuburkan.

Ber-uber sama kepala sekolah 2 jam. Eh, 2 jam 2 minggu bahkan. Untuk dibujuk gimana caranya agar anak itu diluluskan secara KKM.

Dan KKM-nya juga ditinggikan gitu. Jadi 75 gitu atau 70 gitu ya. Padahal kan KKM itu 50 juga udah cukup sebenarnya.

Tapi ini mah KKM 70 udah itu semua anaknya ada di rent atas gitu. Jadi anak yang paling cerdas 95. Anak yang paling bodoh itu 75 gitu. Rentangnya cuma 20 gitu.

Kenapa? Karena KKM-nya ditinggikan dan anak-anak nilainya semuanya wajib dikatrol sampai tinggi. lagi gitu Nah itu terjadinya sejak kapan ia terjadi sejak tahun 2000-an itu sejak bisa menampar kita dan akhirnya kita bikin cara cerdas untuk menjadi bodoh ya cara cerdas kan luar biasa jadi bisa ngasih nilai kita jelek dan nilai itu Berarti dengan angka-angka, yaudah untuk menaikkan nilainya, angka-angkanya dinaikin gitu.

Dan itu bukan hanya untuk di sekolah, tapi untuk di semua hal. Bahkan misalkan untuk sesuatu yang sangat masif dalam level nasional, yaitu misalkan ujian nasional. Ujian nasional itu di Indonesia... luar biasa waktu masih ada itu itu setiap tahun kelulusannya adalah 99,9 persen dengan angka-angka yang nyaris sama di seluruh Indonesia bayangkan beraya sebuah sekolah yang sangat mahal dengan baju siswanya yang warna-warna itu yang kelas internasional, kelas apa, yang aneh-aneh pokoknya kayak gitu lah ya, programnya aneh-aneh yang SPP-nya sangat mahal itu ternyata nilai rata-ratanya hampir sama dengan siswa Papua yang memiliki akses terhadap pendidikan sangat rendah yang perjalanan untuk ke sekolahnya sampai 4 jam jalan kaki dan melewati sungai-sungai penuh buaya dan di sekolahnya itu sudah reyot, sudah lapuk kalau hujan ke hujanan, banjir ke banjiran sekolah yang semacam itu nilai rata-rata UN itu sama dengan yang ada di Jakarta dengan salah satu sekolah terbaik, sekolah Bonafit.

Masuk akal nggak sih? Coba baraya cek nilai UN semuanya kok 99% bagus. Karena apa? Diduga, itu disitu banyak kecurangan.

Baik itu kecurangannya siswa dikasih contekan, atau guru dipaksa mengubah kunci jawaban siswa dan sebagainya. Itu sudah terjadi. Nah, sama pemerintah pada waktu itu, khususnya sama kementerian, bahkan Pak Menterinya sampai keliling Indonesia untuk menegaskan bahwa tidak ada kecurangan UN dan sebagainya.

dan sebagainya tapi kan itu ya itu tapi intinya adalah gak gegara-gara pisah itu akhirnya UN di Indonesia semuanya nilainya tinggi-tinggi 99,9 persen kepala sekolah dipaksa oleh dinas pendidikan dalam tanda kutip ini mah dalam skenario pikiran imajinatif saya aja gitu ya kepala sekolah sama dinas pendidikan dituntut untuk bikin nilai supaya 99% lulus kalau enggak sekolahnya akan dapat sangsi dan seterusnya dan seterusnya Kenapa dinas memaksa seperti itu karena dipaksa juga oleh kementerian Kenapa kementerian dipaksa seperti itu dipaksa Karena apa? Karena untuk menunjukkan bahwa Indonesia itu nggak bodoh-bodoh amat, bahwa Indonesia itu nilainya nggak jelek. Buktinya apa? Buktinya nilai UN kita 99% lulus dengan rata-rata nilai yang sama rata di seluruh wilayah Indonesia. Dari yang paling miskin sampai yang paling kaya, dari yang akses pendidikannya dekat sampai jauh, dari yang mendapatkan evaluasi secara rutin sampai yang tidak, dan sebagainya.

Itu semuanya nilainya relatif sama. Luar biasa kan? Karena apa?

Karena kita melakukan hal yang benar. Hal yang sangat cerdas demi kebodohan kita. Ya udah, kalau misalkan kita dinilai jelek, ya udah nilainya aja yang dinaikin. Nah, termasuk dalam hal ini, mahasiswa. Coba beraya cek sekarang.

Mahasiswa-mahasiswa sekarang ketika dia lulus dari universitas, biasanya kumlau. Datanya ada di beberapa universitas yang sampai 75% kelulusan itu kumlaut. Luar biasa. UGM kemarin 65% lulusannya kumlaut. Kok luar biasa?

Kenapa bisa? Kan kumlaut itu, atau IPK-nya 3,5 sekian itu atau lebih dari itu itu kan sebenarnya adalah sesuatu yang sangat susah dulu di angkatan saya itu atau misalkan angkatan sebelum saya itu untuk mendapatkan IPK 2,9 itu skripsinya itu harus harus nyebrang pulau untuk menemukan referensi. Saking susahnya, gitu.

Dan itu pun dapatnya ya cuma segitu, gitu. Nah, zaman sekarang, si mahasiswa-mahasiswa presentasi aja nggak bisa, nyari sumber aja, yang mereka lakukan itu adalah nyari di Google, kemudian laman pertama langsung diambil, dimasukkan ke situ, kemudian dicopas doang, kemudian nama penulisnya ganti jadi nama kelompok, kemudian ketika presentasi pun baca, presentasi itu mahasiswa loh ya, mahasiswa kalau presentasi itu, Presentasi baca atau baca PowerPoint yang ada di situ nilainya IPK-nya 3,6. Jadi nilai 3,6 di Indonesia mahasiswa sekarang itu adalah mereka yang presentasi aja gagal, heuristik aja gagal, menyampaikan analisis aja gagal, berargumentasi aja gagal, nilainya 3,6.

Coba cek sekarang baraya lihat mahasiswa-mahasiswa sekarang. IPK-nya gede-gede gitu. Nah, kenapa IPK-nya gede-gede?

Karena ya tadi itu ditampar. Wah, kalau misalkan ditampar seperti ini, kita tunjukkan kepada dunia bahwa nilai kita itu bagus-bagus. Ya nilainya di-upgrade. Makanya, ma, Universitas Universitas di Indonesia berlomba-lomba untuk bisa dapat akreditasi A, untuk bisa dapat akreditasi baik, maka lulusannya itu kumlaut semua.

Demi akreditasi, mereka rela untuk menciptakan inflasi dalam nilai. Jadi kumlaut sekarang itu nggak istimewa, biasa-biasa aja. Kemarin saya ketemu sama mahasiswa, berapa IPK-nya? 3,9.

Jangan sombong! Tunjukkan kepada saya bagaimana cara berpikir secara logis, bagaimana caranya berintelektual, bagaimana caranya berdiskusi, bagaimana caranya menyampaikan gagasan pendapat. dan yang lebih lebih penting lagi bagaimana caranya mencerap informasi sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan baru bisa gak?

kan gagal, ya tidak semua mahasiswa saya percaya bahwa banyak mahasiswa yang masih potensial cuman maksudnya mereka semua pada akhirnya menjadi cold one system dimana sistem sekarang menghendaki semuanya nilainya harus ditinggikan biar bisa disombong-sombongkan biar akreditasinya gampang dan sebagainya dan kenapa sekolah-sekolah tinggi, universitas-universitas dan hal yang semacam itu bisa mengobrol nilai seperti itu? ya karena ditekan agar kita kelihatan lebih pintar cara cerdas untuk jadi bodoh Dan hal-hal semacam itu merembet ke semua bidang, misalkan dulu pas ada UN, pas ada Bimbel gitu ya, itu kan kocak banget. Baraya ngerti nggak sih betapa ironi dan betapa kocaknya dan betapa kecerdasan orang Indonesia yang sangat luar biasa itu, bener-bener diarahkan untuk menciptakan kebodohan sendiri gitu. Kita cerdas, kita jenius, tapi membuat mereka ya sendiri agar menjadi bodoh gitu.

Coba misalkan cek kasus yang seperti inilah, baraya pasti ingat. Waktu sekolah, baraya belajar matematika. Kemudian, belajar matematika itu sama sekali nggak belajar logika. Belajar matematika itu baraya belajar hafalan.

Karena apa? Karena ketika belajar matematika, baraya dikasih rumus yang harus dihafalkan. Jadi kalau misalkan ada masalah bentuknya seperti ini, masukkan ke rumus seperti ini. Kalau misalkan baraya menemukan rumus sendiri, menciptakan teori sendiri, kemudian mengeluarkan sebuah jawaban yang akurat dan benar, tetapi dengan rumus alternatif yang berbeda, maka baraya tetap akan berhasil. Bahkan dianggap salah sama guru.

Karena apa? Walaupun jawabannya benar, kalau caranya salah, maka jawabannya salah. Oke?

Dianggap salah. Jadi, kecerdasan kita untuk berinovasi, dorongan kita untuk berkreasi, itu dihalang-halangi. Harus menghafal rumus yang ditemukan orang-orang lain.

Kalau kamu menemukan rumus sendiri, tidak boleh. Gitu kan? Satu.

Cerdas banget. Kemudian, ketika mau ujian, lalu bimbel-bimbel menawarkan cara alternatif, cara praktis untuk bisa... bisa memecahkan soal-soal yang seperti ini padahal cara praktis yang dimaksud itu sebenarnya sejak dulu tuh udah tahu kita tuh udah ngerti banyak diantara kita yang sudah menemukannya cuman dilarang nah tapi pas mau ujian sama bimbel-bimbel dikasih yang seperti itu akhirnya apa karena kita diajarin bukan menemukan sendiri kita tiap kalau menemukan seri dilarang tapi sama bimbel kemudian diajarin dikasih tahu caranya nge-cheat gimana cara mendapatkan rumus yang cepat bimbel-bimbel akan ngasih rumus cepat semuanya ngasih rumus cepat untuk menghadapi soal ini.

Akhirnya anak-anak tidak terbiasa untuk berpikir. Anak-anak berpikir untuk menemukan pola-pola yang paling praktis untuk bisa menyelesaikan masalah-masalah. Jadi, mahasiswa-mahasiswa yang akhirnya digabung ke PTN itu adalah mahasiswa-mahasiswa yang berpikirnya praktis.

Tidak runut, tidak panjang, dan lain sebagainya. Tidak menggunakan effort yang sangat luar biasa. Karena selama mampu untuk bayar bimbel dan kemudian dapat tips-tips rumus cepat, yaudah selesai.

Coba berayas kan mikir gini ya. Yang ngapain juga? kita punya rumus sendiri tapi dilarang tapi endingnya kita harus, otak kita tuh harus dikasih sesuatu yang instant dengan rumus-rumus baru yang cepat gitu jadi baranya disitu double kill sebenarnya cara cerdas untuk membuat kita bodoh, cerdas luar biasa karena apa?

anak-anak yang jenius, yang pinter, yang bikin rumus sendiri kemudian dihalang-halangi dan ditutup tapi nanti menjelang UN itu dikasih lagi, tetapi jangan ditemukan sendiri, harus pakai orang lain yang bayar, yang bimbel itu yang bayar gitu, kan ini aneh Itu kan benar-benar cara cerdas untuk menjadi bodoh Ditambah lagi Dan akhirnya kemudian kan Di sekolah-sekolah, di mana-mana Kita akhirnya menemukan fenomena-fenomena yang sama Ada sekolah favorit Kenapa sih sekolah ini favorit? Ternyata sekolah itu penyelenggaran pendidikannya biasa-biasa aja, gurunya biasa-biasa aja, tukang bolos juga kadang-kadang. Tapi kenapa dia jadi sekolah favorit?

Karena kalau mau masuk ke sekolah itu harus diuji, harus anak-anak dengan level nilai tertinggi saja yang boleh masuk. Akhirnya yang cerdas-cerdas saja yang ada di sana. Di sana yang orang-orang yang cerdas, yang berpotensi yang sangat luar biasa, tidak dikembangkan, hanya dimanfaatkan kecerdasannya untuk naikin pamur sekolah.

Jadi ketika anak-anak itu... ikut perlombaan, ikut apa pialanya dipajang di sekolah kan gitu, jadi ini sebenarnya adalah eksploitasi terhadap anak anak yang cerdas, masuk ke sini, sudah masuk ke sini dieksploitasi, bukan untuk dikembangkan kecerdasan supaya menjadi lebih baik lagi, tapi diarahkan agar membanggakan pihak sekolah cerdas, luar biasa itu sekolah, cerdas bahkan ada SD yang tidak boleh ada anak yang masuk ke sini sebelum bisa baca tulis, itu cerdas luar biasa, untuk menciptakan kebodohan pada masyarakat Indonesia nah inilah yang pada akhirnya membuat generasi-generasi pekerja di Indonesia ketika sudah lulus universitas sudah lulus sekolah Mereka juga melakukan praktik-praktik yang sama, menciptakan kecerdasan yang sangat luar biasa untuk membodokkan diri dan masyarakat. Jadi, jadi PNS. Kalau sudah jadi PNS, disuruh kerja. Nah, kinerja PNS dihitung dari mana?

Dari penyerapan anggaran yang luar biasa, bagus, apa gitu ya, dan sebagainya. Nah, dari mana kita tahu penyerapan anggaran itu bagus? Dari laporannya. Jadi mereka nggak kerja sama sekali.

Yang penting laporannya bagus. Mereka nggak ngapa-ngapain. Yang penting rapatnya harus di sini, apanya di sini. Sehingga anggaran nanti pas akhirnya ketahuan sudah terkeluarkan semuanya. Itu kan cerdas gitu.

Jadi mereka nggak bisa ngapa-ngapain. Yang penting laporannya bagus Di semua bidang kan seperti itu Pemilu demi menunjukkan bahwa kita demokrasi Ya di laporannya saja gitu Statistiknya saja Esensinya apa? Ya bukan seperti itu Nah jadi mohonlah baraya semua Untuk menghentikan cara-cara seperti ini Kita tuh masyarakat yang cerdas Kita masyarakat yang hebat Bukti bahwa kita mampu merekaya Sesebuah mekanisme dan sebuah sistem Yang begitu rumit dan ngejelimetnya Untuk menciptakan kebodohan kita Itu menunjukkan bahwa kita itu cerdas, coba gunakan kecerdasan itu, gunakan potensi yang besar itu untuk membangun bangsa, untuk membangun diri, untuk membuat diri kita lebih bermanfaat untuk orang lain, untuk membuat bangsa ini dihormati oleh bangsa-bangsa lain dengan temuan-temuan baru, dengan kontribusi terhadap dunia, dan lain sebagainya, kecerdasan itu kita gunakan untuk sesuatu yang positif bukan untuk malah membodohkan diri sendiri, ngapain juga sih, kita menciptakan kemunafikan-kemunafikan untuk akhirnya bisa leha-leha, santai, dan terus-terusan dibuli sama masyarakat dunia...

Terima kasih karena sudah menyimak Saya Guru Gembul yang suka marah-marah Kalau bahas tentang pendidikan Assalamualaikum Wr. Wb