Tersedak atau biasa disebut sebagai choking merupakan salah satu kegawat daruratan yang terjadi akibat tersumbatnya tenggorokan akibat suatu benda sehingga menghalangi jalan nafas. Saat ini tersedak masih menjadi perhatian dikarenakan tersedak menduduki penyebab utama unintentional death atau kematian tidak disengaja keempat. Pada tahun 2015, sekitar 5051, Orang meninggal akibat tersedak.
Tersedak lebih sering terjadi pada bayi dan anak-anak. Terutama kurang dari 3 tahun. Dengan insidensi 75% dikarenakan anak-anak belum matang secara fisik.
Anak-anak belum dapat mengunyah secara sempurna. Sehingga memiliki kebiasaan memasukkan benda-benda yang baru dikenal ke dalam mulut mereka. Pada orang dewasa, Tersedak sering terjadi akibat kebiasaan cara makan dan mengunyah.
Misalnya, terjadi akibat makan terlalu cepat, mengunyah makanan tidak sampai halus, makan sambil berbicara, tertawa, berjalan, bahkan berlari. Normalnya, manusia memiliki mekanisme fisiologis untuk mencegah terjadinya tersedak. Seperti penutupan epiglotis yang berfungsi sebagai pengaturan masuknya makanan dan udara. Tersedak pada seseorang merupakan keterlambatan dari menutupnya katup epiglotis pada tenggorokan.
Makanan yang seharusnya masuk ke kerongkongan akibat dari keterlambatan epiglotis dalam menutup makanan masuk ke jalur pernafasan. Dan menyebabkan seseorang mengalami tersedak. Makanan atau benda asing tersebut biasanya tersangkut pada laring atau trachea sehingga dapat menyebabkan obstruksi jalan napas total.
Pada orang dewasa, makanan lebih sering tersangkut pada bronkus sebelah kanan karena adanya perbedaan anatomi paru kanan dan kiri. Sedangkan pada anak-anak, lebih sering tersangkut pada kanan maupun kiri. Gejala umum yang dapat muncul pada pasien tersedak antara lain batuk paroksismal, wheezing, Dipsnea Serta stridor Batuk terjadi karena merupakan mekanisme tubuh untuk mengeluarkan benda asing Stridor ini paling sering terjadi akibat adanya pengurangan aliran udara Yang menyebabkan adanya peningkatan energi untuk mengeluarkan napas melalui jalan napas Sehingga mengakibatkan adanya turbulensi Stridor biasanya hanya terdengar saat inspirasi Namun pada obstruksi total atau berat stridor dapat terdengar saat ekspirasi.
Pemeriksaan fisik yang harus diperhatikan seorang klinisi dengan pasien tersedak antara lain sianosis, tingkat kesadaran, pola dan kedalaman pernafasan, retraksi dinding dada, serta penggunaan otot-otot aksesoria saat bernapas. Pemeriksaan penunjang yang dapat membantu menegakkan pasien dengan tersedaknya adalah X-ray. Dengan proyeksi upright lateral dan frontal. Gambaran yang didapat pada X-ray menunjukkan tanda obstruksi indirect seperti distensi hipofaring yang berlebihan serta pembengkakan jaringan lunak prevertebral. Penanganan pertama pasien tersedak pada prinsipnya sama, yakni memberikan 5 back blows and 5 chest thrusts atau 5 hentakan pada punggung dan dada.
Pada bayi, tindakan tersebut dilakukan dengan pangkal telapak tangan pada bagian punggung di antara dua tulang belikat atau dada dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah. Sedangkan pada anak-anak dan orang dewasa dilakukan dengan cara membungkukan pasien, kemudian dilakukan lima kali hintakan pada punggung dan perut dengan posisi penolong berada di belakang pasien. Prognosis pasien dengan tersedak bergantung pada derajat obstruksi dan durasi hipoksianya.
Obstruksi parsial memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan obstruksi total. Dikarenakan pada obstruksi parsial udara masih dapat lewat sehingga memberikan waktu tambahan bertahan lebih lama sebelum pasien menjadi hipoksia. Sedangkan pada obstruksi total dapat terjadi kehilangan kesadaran dan lebih sering menyebabkan kematian.