Transcript for:
Pancasila: Filsafat dan Landasannya

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh Selamat pagi, salam sejahtera bagi kita semua Baik, ada di mahasiswa yang saya banggakan Kali ini kita akan membahas Pancasila sebagai sistem filsafat Dengan sub-materi landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis Yang pertama Kita akan membahas tentang apa yang dimaksud dengan landasan ontologis. Kalau kita bicara ontologis, kita membahas tentang hakikat yang paling dalam dari sesuatu yang ada. Unsur yang paling umum dan bersifat abstrak, yang biasa disebut pula sebagai substansi.

Inti persoalan ontologis adalah menganalisis tentang substansi. Nah, substansi itu dalam bahasa latin Substare artinya ada dalam kenyataan Atau substansialitas artinya sesuatu yang berdiri sendiri, hal wujud Nah kalau kita bicara landasan ontologis Pancasila Artinya bahwa sebuah pemikiran filosofis atas hakikat sila-sila Pancasila sebagai dasar filosofis negara Indonesia Pemahaman atas hakikat sila-sila Pancasila itu diperlukan sebagai bentuk pengakuan atas eksistensi bangsa Indonesia. Pengungkapan secara ontologis dapat memperjelas identitas dan entitas Pancasila secara filosofis.

Jadi itulah yang kemudian terkait dengan landasan ontologis Pancasila. Kalau kita bicara Pancasila, tentu kita bicara tentang 5 sila dari Pancasila itu. Prinsip ketuhanan yang mahasiswa merupakan pengakuan atas kebebasan beragama, saling menghormati dan bersifat toleran, serta menciptakan kondisi agar hak kebebasan beragama itu dapat dilaksanakan oleh masing-masing pemeluk agama. Kemudian yang kedua adalah prinsip kemanusiaan yang adil dan beradab, mengakui bahwa Setiap orang memiliki martabat yang sama.

Setiap orang harus diperlakukan adil sebagai manusia, yang menjadi dasar bagi pelaksanaan hak asasi manusia. Yang ketiga adalah prinsip persatuan. Dia mengandung konsep nasionalisme politik, bahwa perbedaan budaya, perbedaan etnis, bahasa dan agama, tidak menghambat atau mengurangi partisipasi. Perujudannya sebagai warga negara kebangsaan. Wacana tentang bangsa dan kebangsaan dengan berbagai cara pada akhirnya bertujuan untuk menciptakan identitas diri bangsa Indonesia.

Jadi, apapun agamanya, apapun kepercayaannya, apapun budayanya, itu semua di dalam konteks persatuan Indonesia. Kemudian yang keempat adalah prinsip kerakyatan. Kerajaan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawarat dan perwakilan Apa maknanya? Bahwa sistem demokrasi diusahakan ditempu melalui proses musyawarat Demi tercapainya bufakat Untuk menghindari dikotomi mayoritas dan minoritas Jadi musyawarat bufakat itu diharapkan Dapat kemudian menampung berbagai aspirasi mengagregasi berbagai kepentingan dan mengartikulaskannya di dalam norma-norma atau aturan perundang sehingga yang minoritas pun akan terakomodir kepentingannya, masukan-masukannya kemudian yang kelima adalah prinsip keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia ini dikembangkan oleh Bung Karno bahwa didasarkan pada prinsip tidak adanya kemiskinan dalam negara Indonesia yang berdekat hidup dalam kesejahteraan Jadi, tujuan kita berbangsa, bernegara ini kan untuk wujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Jadi kalau mau disimpulkan, secara ontologis, kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Di mana menurut Prof. Noto Nagoro, hakikat dasar ontologis Pancasila itu adalah manusia. Mengapa?

Karena manusia lah yang merupakan subjek hukum pokok dari sila-sila Pancasila. Kira-kira itu penyampaian terkait dengan landasan ontologis Bersama Pancasila. Nanti silakan mahasiswa mencari tahu lebih dalam lagi dari berbagai sumber, dari berbagai ahli.

Kemudian yang kedua adalah Apa yang dimaksud dengan landasan epistemologis? Kalau kita bicara epistemologis, istilah tersebut terkait dengan sarana dan sumber pengetahuan. Atau epistemologis itu merupakan cabang filsafat pengetahuan yang membahas tentang sifat dasar pengetahuan, kemungkinan, lingkup, dan dasar umum pengetahuan.

Jadi bagaimana mempelajari pengetahuan, atau bagaimana orang-orang dapat mengetahui tentang sesuatu. Baik, persoalan umum di dalam epistemologi itu ada dua. Pertama, pada tingkatan apa pengetahuan dapat muncul sebelum pengalaman?

Yang kedua adalah, pada tingkatan apa pengetahuan dapat menjadi sesuatu yang pasti? Nah, problem pertama tentang cara mengetahui ada dua pendapat yang berkembang, yang saling berseberangan dalam wacana epistemologi. Apa itu?

Pertama, rasionalisme. Yang kedua, empirisme. Nah, rasionalis itu berpandangan bahwa akal merupakan satu-satunya sarana dan sumber dalam memperoleh pengetahuan. Sehingga pengetahuan itu bersifat a priori.

Sementara empirisme berpandangan bahwa pengalaman inderawi, empiris itu merupakan sarana dan sumber pengetahuan. Sehingga pengetahuan itu bersifat a posteriori. Nah, bagaimana dengan Pancasila? Jadi kalau kita bicara epistemologi Pancasila, Pancasila merupakan pengetahuan yang sudah tertanam dalam pengalaman kehidupan rakyat Indonesia. Sehingga Bung Karno mengatakan, ya kami menggali dari bumi pertimu Indonesia.

Artinya sudah ada nilai-nilai tersebut. Sudah ada dalam kehidupan masyarakat Nusantara. Sehingga Pancasila bersifat a posteriori.

Namun, pengetahuan dapat muncul sebelum pengalaman. Dalam kehidupan bangsa Indonesia, Ketika menetapkan Pancasila sebagai dasar negara untuk mengatasi pluralitas etnis, religi, dan budaya, Pancasila diakini mampu mengatasi keberagaman. Dan terbukti 75 tahun kita merdeka, Indonesia masih eksis.

Berarti itu bersifat a priori. Nah, problem kedua, tentang pada tingkatan apa pengetahuan dapat menjadi sesuatu yang pasti, berkembang dua pandangan. Bahwa pengetahuan yang mutlak dan pengetahuan yang relatif. Nah bagaimana dengan Pancasila?

Pancasila dapat dikatakan sebagai pengetahuan yang mutlak karena sifat universal yang terkandung dalam hakikat sila-silanya. Tuhan, manusia, satu dalam hal ini, solidaritas, nasionalisme, rakyat, dan adil dapat berlaku di mana saja dan bagi siapa saja. Cuma labelingnya di Indonesia namanya Pancasila, tapi di negara lain nilai-nilai itu ada.

Cuma mungkin ya ada tambahan nilai-nilai yang lain. yang kemudian berbeda. Kemudian, Nato Nagoro mengatakan Pancasila itu adalah abstrak, umum, universal. Sehingga, ya, sifat universalnya inilah yang kemudian membuatnya dapat berlaku di mana saja dan kapan saja. Kemudian yang kedua adalah, pada posisi yang lain, sifat relatif pengetahuan tentang Pancasila sebagai bentuk pengalaman.

Jadi, bagaimana pengamalannya dalam kehidupan rakyat Indonesia. Jadi pengamalan itu tentu bisa melahirkan pemahaman yang beragam. Meskipun roh atau semangat, universalitasnya tetap ada. Tudang sipulung misalnya di Sulsel, itu kan nilai-nilai musyawar kefakat.

Begitu pun misalnya dengan di Sumatera, bulat air di Pembulu, bulat kata di Mufakat. Itu kan prinsip-prinsip musyawar. Anatole Gor menyebutnya dengan pelaksanaan Pancasila umum, kolektif, dan singular konkret. Jadi ada pengistilahan bahwa Pancasila di satu sisi dia mutlak, di sisi yang lain dia relatif. Jadi landasan epistemologis Pancasila kalau kita mau simpulkan artinya nilai-nilai Pancasila itu digali dari pengalaman empiris bangsa Indonesia.

Kemudian disintetiskan menjadi sebuah pandangan yang komprehensif. tentang kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nah kalau kita mau jabarkan sila-sila Pancasila itu secara epistemologis, sila pertama misalnya tentang ketua rangka bahasa, itu digali dari pengalaman kehidupan beragama bangsa Indonesia yang sejak dahulu sampai sekarang itu ada.

Mulai dari animisme, dinamisme, sampai kemudian datangnya agama-agama. Kemudian sila kemanusiaan yang ada yang beradab. Itu digalir pengalaman atas kesehatan masyarakat yang tertindas Kita terjadi oleh Belanda ratusan tahun, oleh Jepang Sehingga di hal yang pertama pembukaan dikatakan bahwa penjajahan itu tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan.

Jadi digali dari pengalaman atas kesadaran masyarakat yang ditindas. Kemudian silap persatuan Indonesia itu digali dari pengalaman atas kesadaran bahwa keterpecah belahan itu yang kemudian membuat kita terjajah, membuat kita lemah, yang disebabkan oleh politik pecah belah itu yang melahirkan konflik antar masyarakat Indonesia. di masa penjajah kemudian sila kerakyatan itu digali dari budaya bangsa Indonesia yang sudah mengenal secara turun-temurun pengambilan keputusan berdasarkan semangat usyawara untuk mufakat dari masyarakat Minang ada peribahasannya itu bulek ayede pambulu bulek kato de mufakat bulat air di dalam bambu bulat kata dalam permufakat tudang sipulun di sulsel dan seterusnya ambulo siwata nah itu semua kan Istilah-istilah yang menunjukkan bahwa sudah ada dalam kehidupan masyarakat.

Kemudian, silakan dan sosial bagi seorang Indonesia digali dari prinsip-prinsip yang berkembang dalam masyarakat kita yang tercermin di dalam sifat atau sikap gotong royong. Nah, jadi kalau kita bicara tentang epistemologi bersahabat Pancasila, dimaksudkan untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Nah, di mana tentu kalau kita bicara...

Suatu objek kajian pengetahuan meliputi masalah sumber pengetahuan dan susunan pengetahuan Pancasila. Nanti tersendiri kita akan bahas tentang bagaimana susunan Pancasila itu. Karena susunan Pancasila itu merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh, lalu kemudian formal logis dengan hirarkis piramidal.

Kemudian yang terakhir adalah kita bicara mengenai aspek aksiologis. Nah, aksionoks itu terkait dengan masalah nilai, filus. Bahwa nilai itu merupakan kualitas dari objek, bukan objeknya.

Kualitas yang tidak real karena nilai itu tidak ada untuk dirinya sendiri. Ia membutuhkan pengembangan untuk keberadaannya. Jadi, ya Pancasila itu mau dilihat apa nilainya bagi bangsa Indonesia.

Landasan aksionoks Pancasila adalah Nilai-nilai atau kualitas yang terkandung di dalam sila-sila Pancasila itu. Misalnya di sila pertama itu ada kualitas monoteis di situ. Spiritual, kekudusan, dan sakral.

Di sila kemanusiaan ada nilai martabat, harga diri, kebebasan, dan tanggung jawab sebagai manusia Indonesia. Sila ketiga mengandung nilai solidaritas dan kesetia kawanan. Toleransi. Kemudian sila keempat mengandung nilai demokrasi, musyawar, mufakat, berjiwa besar menerima keputusan bersama.

Walaupun mungkin dia memiliki pendapat yang berbeda. Sila kelima mengandung nilai kepedulian dan gotong royok. Jadi, ya, bicara kajian aksologis Pancasila kita memelihat hakikat tentang nilai praksis atau manfaat suatu pengetahuan tentang Pancasila.

Jadi, ya, Pancasila itu kan dasar negara. Pancasila itu adalah ideologi negara, bahwa Pancasila itu sistem etika bangsa. Jadi ya, kalau kita bicara kausalitasnya Pancasila kan, salah satu kausanya adalah kausa finalis, kausa tujuan. Pancasila itu ada karena dibuat, dirumuskan, ditetapkan.

Sehingga ada kausa-kausanya. Kausa tujuannya, ya sebagai dasar negara untuk Indonesia yang akan merdeka. Karena dibahas sebelum kita merdeka.

Baik, masih saya akan banggakan itu sekilas tentang materi kita hari ini silahkan diperdalam, didiskusikan lebih lanjut Lalu kemudian dilengkapi tugasnya di menu-menu sistem kelola pembelajaran kita Baik, Alhamdulillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh