Transcript for:
Pola Kalimat Baru dalam Bahasa Jepang

Minasan konnichiwa, musikasi nonggoro, nasa desu. Baik, di video kali ini saya akan melanjutkan materi buku Minanoni Hongo, di mana kita sudah memasuki bab yang ke-26. Di sini kita akan mempelajari tiga pola kalimat baru. Yang pertama, ndes, fungsinya adalah untuk memberikan penekanan terhadap sebuah kalimat. Kemudian pola te itadake masenka, yang secara fungsi sama seperti te kudasai, yaitu untuk memohon atau meminta tolong. Tapi dengan cara yang halus atau sangat sopan. Satu lagi, pola tarai. yang bisa digunakan untuk meminta dan memberi saran, bisa berupa petunjuk, cara, dan sebagainya. Baik, kalau begitu langsung aja kita mulai dengan pola kalimat yang pertama, yaitu Endes. Jadi Endes ini mempunyai fungsi untuk memberikan penekanan terhadap sebuah kalimat. Misalnya ketika bertanya mengenai apa yang dilihat dan didengar. di mana terdapat rasa penasaran di dalamnya, jadi nggak sekedar nanya, tapi rasa ingin taunya itu besar. Kemudian juga ketika menjelaskan sebuah alasan. Jadi, ndes ini bisa digunakan untuk bertanya dan juga menjawab, terutama ketika menjelaskan sebuah alasan. Nah, dalam bahasa Indonesia, dia itu mirip seperti emang atau soalnya. Kalau emang biasanya untuk bertanya, emang mau kemana? Kalau soalnya untuk menjawab, iya nih soalnya begini-begini. Tapi bukan berarti ini bisa diartikan emang atau soalnya. Tergantung dari konteks kalimatnya. Ini hanya salah satu contoh dalam bahasa Indonesia. Kemudian, ndes ini adalah bahasa lisan. Jadi kalau dalam persakapan sehari-hari sering digunakan ndes. Sedangkan dalam bahasa tulisan itu nodes. Kemudian, dan tingkat kesopanannya sedikit berkurang ketika pakai endes ini. Jadi kalau ngomong dengan atasan atau orang yang dihormati, sebaiknya dikurangi penggunaan endes ini. Bukan berarti tidak sopan ya, tapi sedikit berkurang. Samalah kayak kata emang atau soalnya. Ketika kita bicara dengan sensei atau dengan atasan kita, kan sebaiknya dihindari penggunaan kata emang misalnya. Kalimat yang pertama, di bagian bungke ya kalau di buku. Astagara Ryoko Nandes. Mulai besok saya akan Ryoko. Nah, kalimat seperti ini biasanya digunakan ketika menjawab. Misalnya saya lihat teman dia lagi packing, kayak mau pergi kemana gitu. Terus saya nanya, emang kamu mau kemana? Nah, baru di situ dia bisa menjawab dengan pola seperti ini. Iya nih, mulai besok saya akan jalan-jalan. Atau bisa juga kalau misalnya kata soalnya ini dimunculin. Iya nih, soalnya mulai besok saya akan traveling. Jadi, andes di sini digunakan untuk menjelaskan alasan dibalik dia packing. Kalaupun bukan kata soalnya, bisa juga diartikan karena. Jadi ndes di sini kalau untuk menjawab, dia mengandung makna karena. Saya melakukan ini karena ini. Kalau bahasa percakapan sehari-hari, biasanya kita bilang soalnya. Atau kalau anak muda, bisa juga pakai kata habis atau abis. Habis dia nggak datang sih. Itu kan juga menjelaskan sebuah alasan. Fungsinya kurang lebih seperti itu. Nah, untuk ndes sendiri, dia bisa digunakan dengan kata kerja, kata sifat, maupun kata benda. Ya. Yang perlu diperhatikan adalah ketika menggunakan kata sifat na dan juga kata benda. Harus ada na-nya. Makanya tadi ryoko nandes. Tidak bisa ryoko ndes. Harus ada na-nya. Kalau kata kerja dan kata sifat i, ini pakai bentuk biasa ya. Bisa bentuk kamus, bisa bentuk na-i, bisa bentuk ta. Bebas aja, tergantung dari bentuk kalimatnya. Contoh lain lagi, misalnya dokwe ikundeska. Ini misalnya ketika kita melihat teman mau pergi ya, terus kita penasaran, pengen tahu. Kamu mau? mau pergi kemana sih? Atau emang kamu mau pergi kemana? Kemudian, dosutan desu ka? Ini artinya, kamu kenapa? Misalnya kita lihat teman, mukanya pucat, kok kayak lemes, kamu kenapa? Dosutan desu ka? Terus misalnya dia jawab, coto karadano choushiga waruin desu. Nah ini untuk menjelaskan alasannya, kenapa dia lemes, mukanya pucat, karena saya lagi kurang enak badan. Karadano choushiga waruin desu. Jadi bisa kayak gini ya penggunaannya, nanya pake endes, dijawab. Pakai ndes juga. Nah, tapi yang perlu diperhatikan, bukan berarti semua pertanyaan ndes itu bisa dijawab dengan ndes. Kalau dia bukan berupa penjelasan atau sebuah alasan, biasanya tidak menggunakan ndes, tapi dijawab dengan biasa aja. Jadi kembali lagi tergantung dari situasi dan kondisinya seperti apa. Kalimat satu lagi, o sake ga skinan desu ka? Artinya kurang lebih kayak, emang kamu suka sake ya? Itu di dalamnya mengandung rasa penasaran. Dan orang nggak tiba-tiba nanya kayak gini. Sebelum dia bertanya menggunakan kalimat ini, dia sudah melihat atau mendengar. Katakanlah si pembicara ini, dia sering melihat si B minum sake. Kemarin minum sake, tadi minum sake, terus sekarang beli sake lagi. Nah, itu kan bisa timbul rasa penasaran. Emang kamu suka sake ya? Jadi nggak tiba-tiba orang nanya, tanpa ada apa-apa di belakangnya. Kalau misalnya tanpa melihat atau mendengar sesuatu di balik itu, ya biasa aja. Baik, berikutnya pola kalimat yang kedua, yaitu yang secara fungsi sama seperti dia untuk meminta tolong atau untuk memohon. Bedanya, ini jauh lebih sopan. Atau bisa dibilang yang paling sopan. Jadi ketika berbicara dengan atasan atau orang yang kita hormati, sebisa mungkin tidak menggunakan tekudasai. Karena tekudasai itu lebih mendekati ke sebuah perintah. Jadi seakan-akan kita memerintah atasan, jatuhnya jadi kurang sopan. Tapi kalau pakai pola ini, lebih kepada sebuah permohonan. Contoh kalimatnya, Ikebana o naraitain desu ga ii sensei o shokai shite itadake masengka? Ikebana itu seni merangkai bunga. Naraitai, saya pengen belajar. Saya pengen belajar ikebana. I sensei shokai shite itadake masenka. Shokai suru itu memperkenalkan. Jadi boleh tolong kenalin guru yang bagus untuk saya. Jadi kata kerasanya diubah ke patuk te. Belakangnya itadake masenka. Bukan itadakimasu tapi itadake. Ini yang perlu diperhatikan ya. Itadake masenka. Nah disini juga pakai pola ndes. Yang digunakan sebagai awalan. Ikebanao naraitain desu ga. Jadi ndes ini dia juga bisa digunakan sebagai awalan. Kata. Ketika bertanya, memohon, dan juga mengajak. Kalau ini tidak ada hubungannya dengan rasa penasaran maupun menjelaskan sebuah alasan. Jadi dia murni digunakan sebagai awalan saja. Biasanya bersama dengan gak atau kedo. Tapi karena ini sebuah kalimat permohonan yang sangat halus, pakai gak lebih cocok daripada kedo. Kalau kedo dipakainya ketika berbicara dengan teman atau ketika pakai bahasa biasa. Kalau yang sopan seperti ini, pakai gak lebih cocok. Baik, jadi itu dua pola kalimat yang ada di bagian Bungkei. Satu lagi untuk yang Tarai, nanti di bagian akhir ya, dia akan muncul. Jadi saya menyesuaikan dengan urutan kalimat yang ada di buku Minano Nihongo. Pola Tarai-nya nanti di bagian akhir. Baik, berikutnya kita masuk ke bagian Reibung, atau contoh kalimat dalam percakapan sehari-hari. Yang pertama, A. Tokidoki, kadang-kadang, Osaka-ben, itu dialek Osaka. Jadi si Watanabe-san ini kadang-kadang dia menggunakan dialek Osaka. Nah, si A, dia penasaran. Emang kamu dulu tinggal di Osaka ya? Kata kerjanya, sundeita, yang artinya tinggal ya. Ini bentuk lampau dari sundeiru. Jadi untuk menyatakan tinggal itu kan, pakai bentuk teiru, sundeiru. Misalnya saya tinggal di Tokyo. Tokyo ni sunde imasu. Atau Tokyo ni sunde iru. Nah, kalau tinggalnya itu lampau, imasu atau irunya tinggal diganti dengan ita. Menjadi, sunde itan desuka? Eh, jugo sae made Osaka ni sunde imashita. Ya, sampai usia 15 tahun, saya tinggal di Osaka. Jadi, sebelum dia nanya pake ndes, sebelumnya udah ada kejadian di mana dia berkali-kali melihat atau mendengar si Watanabe-san ini ngomong pake Osaka-beng terus. Emang kamu tinggal di Osaka? Osaka ya. Jadi bukan tiba-tiba dia nanya pakai endes. Ada sesuatu dibalik itu semua. Nah, di sini jawabannya dia tidak menggunakan endes karena pada dasarnya tidak menjelaskan alasan. Cuma jawab iya atau tidak saja. Osaka ni sundeitan desu ka? Hai sundeimashta. Atau iye sundeimasen desu ta? Dia tidak menjelaskan alasan, hanya menjawab iya atau tidak saja ya. Nah, kalau kayak gitu, pakai bentuk biasa aja. Justru kalau pakai endes, kedengerannya jadi aneh. Jadi kurang lazim. Meskipun mungkin polanya nggak salah, tapi harus diperhatikan juga dari segi fungsi. Kapan pakai ndes, kapan sebaiknya tidak menggunakan ndes. Kemudian, kalimat yang kedua, Omoshiroi desain no kutsu desu ne? Dokude katan desu ka? Desain sepatu kamu menarik ya? Emang beli di mana? Atau bisa juga misalnya diartikannya kayak gini, belinya di mana nih? Nah, akhiran nih, ini kan biasanya digunakan ketika kita ada rasa penasaran. Beli di mana nih? Mau Mau diartikan kayak gini juga boleh ya, gak masalah. Yang penting kita paham bahwa ndes di sini mengandung rasa penasaran atau keingin tahuan. Karena dia melihat sepatunya kok bagus banget nih, jadi pengen tahu. Kemudian si B jawab, Saya beli di edoya store. Ini sepatu buatan Spanyol atau sepatu made in Spanyol. Di sini dia menjawab juga tidak menggunakan ndes. Karena dia hanya ngasih tahu aja. Ditanya beli di mana? dijawab beli di toko ini. Edo yasutwa de kaima. Kemudian kalimat yang ketiga Pertama dia nanya Kenapa kamu terlambat? Nah kalau dalam bahasa Indonesia mungkin bisa diartikan Kenapa kamu kok terlambat? Ada kata kok dalam bahasa Indonesia, yang fungsinya juga kurang lebih mirip. Digunakan ketika kita pengen tahu, penasaran. Apa alasan kamu kok terlambat? Jadi, dalam case tertentu, bisa juga diartikan kayak gini ya. Pakai kok. Kenapa kamu kok terlambat? Alasannya karena Karena busnya nggak datang. Atau soalnya busnya nggak datang. Bas juga konakat andes. Di sini si B menjawab menggunakan andes juga. Karena untuk menjelaskan alasannya. Kenapa dia datang terlambat. Soalnya busnya nggak datang. Jadi ketika dalam situasi seperti ini. Si A dia penasaran. Kenapa kamu kok terlambat? Alasannya apa? Kemudian si B menjawab dengan menjelaskan alasannya. Kalau kondisinya kayak gini. Baru bisa dua-duanya menggunakan andes. Kemudian kalimat yang keempat. Di sini si A nanya, apakah kamu sering pergi karaoke? Karena dia nanya dalam bentuk biasa, mungkin sebelumnya tidak ada pembicaraan tentang karaoke. Dia hanya sekedar nanya, apakah kamu sering pergi karaoke? Beda cerita, misalnya orang itu sebelumnya ngomongin tentang karaoke. Kemarin saya pergi karaoke. Minggu lalu saya pergi karaoke juga. Terus temannya penasaran pengen tahu, emang kamu sering pergi karaoke ya? Nah kalau kayak gitu. Kayak gitu baru bisa pakai んです. Yoku karaoke ni iku んです ka? Gak masalah pakai んです, karena sebelumnya sudah ada pembicaraan tentang itu. Tapi di sini, karena tidak pakai んです, ya mungkin sebelumnya tidak ada pembicaraan tentang karaoke. Dia hanya sekedar pengen tahu. Misalnya ketika kenalan, kita ngobrol biasa aja ya, pengen tahu seharian kamu kayak gimana, apakah kamu sering karaoke, bisa pakai kalimat seperti ini. Yoku karaoke ni ikimasu ka? Sama si B dijawab, iye amari ikimasen. Enggak, saya jarang pakai. Nah, di sini baru dia menggunakan ndes untuk menjelaskan. Menjelaskan alasan kenapa dia jarang pergi karaoke. Saya jarang pergi karaoke soalnya saya nggak suka karaoke. Jadi bisa juga kayak gini kondisinya. Ditanya pakai bentuk biasa, jawabannya ada ndesnya. Karena untuk menjelaskan sebuah alasan. Di sini dia menjelaskan kenapa dia jarang pergi karaoke. Oke, karaoke. Oh iya, di sini ada penggunaan partikel wa yang mengandung makna kalau. Kalau karaoke saya tidak suka. Ini salah satu fungsi dari partikel wa untuk menyatakan perbandingan. Kita baru akan mempelajari penggunaan partikel wa sebagai perbandingan di bab berikutnya ya. Jadi sekarang diketahui aja dulu. Salah satu fungsi dari partikel wa bisa untuk menyatakan perbandingan. Atau bisa juga diartikan kalau. Berikutnya, kalimat yang kelima. Ini pola yang digunakan untuk memohon atau meminta tolong. Saya sudah menulis laporan dalam bahasa Jepang nih. Boleh tolong bantu cek nggak? Artinya kurang lebih seperti itu, tapi dengan cara yang halus. Dia menggunakan endes sebagai awalan sebelum meminta tolong. Miru melihat di sini maksudnya memeriksa atau mengecek. Jadi nggak cuma dilihat saja, tapi tolong cekin ada yang salah nggak atau udah berhasil. sudah benar belum laporan saya? Cutu mite itadake masengka. I desyo. Boleh ya, silakan. Jadi kalau teman-teman selama ini, sudah bisa menggunakan te kudasai, kayak tabete kudasai, ite kudasai, kite kudasai, itu tinggal diganti aja dengan te itadake masengka. Artinya kurang lebih sama, tapi jadi sopan. Kalau mau minta tolong orang lain untuk makan, tabete itadake masengka, minta tolong orang lain untuk pergi, ite itadake masengka, minta tolong untuk datang, Ini saya rasa tidak begitu sulit. Tinggal ubah aja yang sebelumnya. Kemudian kalimat yang ke-6. Nah ini pola tarai ya. Yang digunakan untuk meminta saran. Saya ingin mengunjungi gedung parlemen. Kok kai gijido itu gedung parlemen. Ken gak kusuruh itu kan mengunjungi atau melakukan observasi ya. Datang melihat. melihat untuk belajar. Jadi, nggak sekedar berkunjung. Tujuannya adalah untuk belajar. Saya ingin mengunjungi gedung parlemen. Sebaiknya gimana? Dostara i deska? Nah, dia nggak tahu gimana cara untuk mengunjungi gedung parlemen tersebut. Dijawab sama si B. Chokusetsu Ittara Idesyo, ini pola taranya digunakan untuk memberikan saran atau untuk menjawab. Chokusetsu itu langsung, jadi artinya kayak langsung pergi aja. Kalau mau pakai sebaiknya juga boleh, sebaiknya langsung pergi aja. Maksudnya nggak perlu daftar dulu gitu ya. Langsung aja datang. Chokusetsu ittara ii desu yo. Heijitsu itu hari biasa. Kapanpun bisa melihat. Jadi kalau hari biasa, kapanpun kamu bisa melihat. Atau maksudnya bisa genggaku ya. Bisa dikunjungi. Heijitsu wa itsudemo mirukoto ga dekimasu. Baik, ada dua contoh lagi mengenai penggunaan Tara-i. Yang pertama, misalnya kita ingin beli kamera, terus tidak tahu sebaiknya beli di mana. Misalnya teman-teman baru datang ke Jepang. Terus nggak tahu kalau mau beli kamera, beli di mana. Bisa bertanya menggunakan pola ini. Doko de katara ii desu ka? Di mana sebaiknya saya beli kamera. Contoh satu lagi. Doko ni gomio sutetara ii desu ka? Gomio suteru? Membuang sampah. Jadi di sini dia nanya, di mana sebaiknya saya membuang sampah ini? Ini juga misalnya teman-teman baru datang ke Jepang, terus nggak tahu harus buang sampah di mana. Dukuni sutetara i desu ka? Sebaiknya dibuang di mana? Baik, jadi itu dia tiga pola kalimat yang kita pelajari hari ini. Endes, te itadeke masengka, dan tara i. Terakhir, saya akan menjelaskan bagian kayuwa atau percakapan yang ada di bab ke-26 ini. Judulnya, Gomiwa. Ini percakapan antara Kanrinin-san dengan Mira-san. Kanrinin itu orang yang menjaga apartemen ya. Orang yang ngurusin apartemen, disebut Kanrinin. Pertama dia nanya ke Mira-san seperti ini. Hikoshi no nimotsu, barang pindahan. Katazuki mashtaka, apakah sudah beres? Jadi ceritanya Mira-san ini baru pindahan. Ditanya apakah sudah beres barang-barangnya. barangnya terus mirasang jawab Hai daikai kata segi masyarakat daikai sebagian besar ya sebagian besar udah beres terus dia nanya Ano gomyo sutetain desga dokoni dashtara ii deska nah di sini dia menggunakan kata kerja dasu yang artinya mengeluarkan biasa sampah di Jepang itu ada tempat khusus untuk naruh sampahnya makanya dia disini pakai kata mengeluarkan sebaiknya saya keluarin dimana keluarin untuk naruh sampahnya gitu ya kemudian si ikan rininnya Moeru gomi, artinya itu sampah yang bisa dibakar. Moeru itu terbakar. Jadi sampah yang bisa dibakar. Hari Senin dan Kamis Pagi. Tolong keluarin. Gomi oki ba, tempat naro sampah. Gomi sampah oki, meletakkan naro ba tempat. Tempat naro sampah. Taruh sampahnya, Ada di sebelah parkiran. Jadi setiap hari Senin dan Kamis, tolong taruh di situ sampahnya. Kemudian Mira-san nanya lagi, Kalau kaleng dan botol gitu, kapan? Buangnya maksudnya ya. Kemudian dia ada masalah nih. Air hangatnya gak kecil. nggak keluar nih. Maksudnya air hangat di kamarnya ya. Terus si kanrininya dia bilang, pola tara biasa ya ini. Kalau kamu menghubungi gasugaisya, perusahaan gas yang ngurusin air hangat, mereka akan segera datang. Datang untuk kamu ya. Ini pola bab 24. Kemudian Mirasang bilang, Maksudnya, kamu bisa memberi nama? Ternyata dia nggak tahu nomor teleponnya Minta tolong kesingkatan rinin agar ngasih tahu Boleh tolong kasih tahu nomor teleponnya? Dewa Bang Gowo, OJT Itadakimasenka EI desyo Ya, boleh Jadi ini beberapa contoh penggunaan ndes dan juga te itadakemasenka dalam persangkapan sehari-hari. Jadi sekarang teman-teman sudah harus paham bagaimana cara menggunakan ndes, kemudian te itadakemasenka, dan juga tarai. Untuk te itadakemasenka dan tarai, ini sebenarnya relatif mudah daripada ndes. ndes itu yang susah adalah penggunaannya. Perubahannya saya yakin teman-teman bisa, tapi penggunaannya ini yang harus diperhatikan. Karena nggak semua kalimat bisa menggunakan ndes. Meskipun secara pola atau bentuk kalimat itu benar ya. Misalnya kalimat ini, Kalau ditambahin ndes jadinya aneh. Karena tidak sesuai dengan fungsinya ya. Meskipun polanya benar. Jadi ingat aja, pakai ndes untuk bertanya ketika ada rasa penasaran atau keingin tahuan. Tapi nggak sekedar penasaran atau ingin tahu aja. Ada sesuatu dibalik itu Misalnya sebelumnya kita sudah melihat atau mendengar sesuatu Tentang hal itu Terus kita ingin nanya Bukan tiba-tiba nanya pakai endes Itu harus diperhatikan Kemudian ketika menjawab Kalau itu menjelaskan sebuah alasan, boleh silahkan pakai ndes. Kalau bukan menjelaskan sebuah alasan, ya sebaiknya tidak menggunakan ndes. Jadi bukan berarti semua kalimat bisa menggunakan ndes. Kalau misalnya teman-teman bingung gimana cara menggunakannya, ini butuh waktu ya, butuh jam terbang. Semakin sering kalian belajar, melihat contoh kalimat, mendengarkan orang Jepang ngomong, lama-kelamaan akan paham dengan sendirinya. Kapan sebaiknya saya pakai ndes, kapan sebaiknya tidak. Jadi nggak bisa dihafal hanya dengan teori saja ya. butuh pengalaman, karena penggunaannya yang agak rumit oh iya, satu lagi, kalau ngomong dengan atasan atau orang yang lebih tua, ya sebaiknya penggunaan NDES ini dikurangin atau ya pakai bahasa biasa aja, gak usah pakai NDES karena jatuhnya bisa jadi kurang sopan bukan berarti gak boleh sama sekali, tapi kita harus tahu situasi dan kondisinya seperti apa baik, jadi materi kali ini saya rasa cukup sampai disini dulu, terima kasih buat teman-teman yang udah nonton dari awal sampai akhir kalau kalian suka dengan konten seperti ini ini. Jangan lupa untuk subscribe buat yang belum. Kemudian klik like dan share juga ke teman-teman kalian. Kita ketemu lagi di video berikutnya. Surdeba. Mata.