Intro Halo kembali lagi dengan saya Cintia Cakraningrum, Psikolog Kali ini kita akan membahas mengenai perilaku asertif Intro Berbagai situasi yang tidak sesuai dengan kebenaran yang kita yakini tentu saja menimbulkan kekecewaan. Namun, bila hal ini terlalu sering kita alami dan secara umum membuat mood kita lebih sering negatif, kita perlu bertanya pada diri sendiri mengapa kita mudah kecewa dengan keadaan yang kita alami. Tidakkah ini berarti kita lebih banyak berfokus pada faktor-faktor eksternal dalam diri kita?
Sedangkan kesehatan psikologis diketahui lebih banyak ditentukan oleh faktor-faktor internal dalam diri sendiri. Ada tiga macam perilaku yang biasa dialami oleh kebanyakan orang. Yang pertama yaitu pasif. Pasif akibatnya terhadap konsep diri.
Secara pelan tapi pasti, hambatan dalam mengekspresikan diri. Agresikan pikiran dan perasaan ini akan mengitis konsep diri orang yang bersangkutan. Bila konsep diri negatif, akibatnya individu mudah merasa cemas, kurang dapat menghargai diri sendiri dan menjadi kurang percaya diri.
Yang kedua adalah agresif. Agresif berusaha mendominasi dalam interaksi dengan orang lain dan bertindak menyerang orang lain, baik secara fisik maupun verbal. Baik respon pasif maupun agresif sebenarnya memiliki dasar yang sama, yaitu rasa kekurangan yang menimbulkan kecemasan. Pada perilaku pasif, individu merasa lemah dan tidak berdaya.
Sedangkan pada perilaku agresif, individu malu karena tidak mampu berteman dan mengatasi konflik dalam hubungan internasional. interpersonal secara memuaskan. Yang ketiga ada perilaku asertif.
Istilah asertif ini seringkali diartikan sebagai kata tegas. Orang asertif seringkali digambarkan sebagai orang yang senang berbicara belak-belakan, menyatakan pikiran dan perasaan apa adanya, tidak peduli apapun respon yang lain. Ini merupakan gambaran yang tidak tepat.
Perilaku asertif merupakan bentuk pengembangan Hubungan interpersonal yang bersifat memberi dan juga menerima. Ada beberapa tujuan dari perilaku asertif. Yang pertama, membuat proses komunikasi berjalan dengan efektif.
Yang kedua, membangun hubungan yang setara dan saling menghormati. Perilaku asertif juga merupakan bentuk pemecahan masyarakat. masalah atau problem solving. Ciri khas dari pemecahan masalah yang asertif adalah negosiasi.
Untuk dapat memecahkan masalah secara asertif, kita perlu merencanakan atau menjual dan mengimplementasikan apa yang sudah disepakati dengan orang lain tanpa terkesan sebagai diktator. Kemudian ada beberapa cara untuk mengembangkan perilaku asertif. Yang pertama yaitu memonitor diri sendiri. Kesadaran bahwa terdapat hambatan atau kesulitan untuk berperilaku asertif merupakan langkah pertama yang sangat penting sebagai dasar untuk melakukan penyesuaian diri menjadi lebih asertif.
Untuk itu diperlukan waktu setidaknya satu minggu untuk mengenali diri. Kita harus mencatat dengan jelas. Kapan saja dan dengan siapa saja kita paling sering berperilaku non-asertif. Bisa pasif ataupun agresif. Perlu kejelasan juga mengenai apa yang kita lakukan dan bagaimana perasaan kita dalam situasi-situasi tersebut.
Kemudian tahapan yang kedua yaitu meniru model. Setelah mengetahui bahwa kita tidak dapat berperilaku asertif dalam situasi-situasi tertentu, kita perlu belajar dan mengamati perilaku orang lain. Dan jelas, perilaku yang kita amati harus perilaku yang asertif dalam situasi yang sama.
Dengan mengamati perilaku model kita, bukan hanya belajar menguasai keterampilan tersebut. Melainkan, kita juga belajar bahwa hal tersebut benar-benar berupa keterampilan yang dapat dipelajari. Perlu diingat bahwa orang yang asertif bukan orang yang ahli berdebat.
Melainkan sekedar mengemukakan pikiran atau perasaannya dengan tetap menunjukkan penghargaan. terhadap pikiran dan perasaan pihak lain. Kemudian, tahap yang ketiga, yaitu menggunakan imajinasi. Dalam kesempatan yang tenang, kita perlu duduk, menutup mata, dan membayangkan diri sendiri berperilaku asertif dalam situasi di mana kita biasa berpikir.
biasanya mengalami kesulitan berperilaku asertif. Dalam imajinasi ini, kita tidak meniru model. Perlu juga membayangkan hasilnya yang positif.
Bahwa dengan menghargai diri sendiri maupun orang lain, komunikasi menjadi lebih menyenangkan dan masalah-masalah dapat diatasi dengan baik. Selanjutnya, tahap yang keempat yaitu desentisasi. Tahap ini perlu dilakukan bila dalam membayangkan diri berperilaku asertif ternyata menimbulkan kecemasan.
Melakukan desentisasi berarti kita merancang perubahan secara bertahap. Desentisasi terdiri dari dua tahap. Yang pertama, relaksasi dan secara bertahap mengalami situasi yang membuat cemas hingga tidak lagi cemas. Relaksasi dilakukan dengan cara melemaskan seluruh otot mulai dari kepala hingga ujung kaki. Latihan ini untuk setiap bagian tubuh disertai dengan mengatur pernafasan, Terutama pernafasan pada perut, nafas yang panjang, kemudian pernafasan panjang dimulai terlebih dahulu sebelum mulai melemaskan bagian-bagian otot tubuh Setelah dicapai keadaan relax, selanjutnya mulai berlatih menghadapi situasi yang membuat kita cemas dan sulit berperilaku asertif Hal ini dilakukan dengan cara membayangkan hingga sungguh-sungguh menghadapi secara bertahap Dari keadaan yang sedikit mencemaskan hingga paling mencemaskan cemaskan.
Kombinasi relaksasi dan latihan menghadapi situasi yang mencemaskan ini dilakukan hingga seorang benar-benar tidak lagi cemas menghadapi stimulus itu apa adanya. Kemudian tahap yang kelima adalah menjaga kesinambungan. Setiap kita berhasil dalam suatu tahap perilaku yang kita rancang, kita perlu memberikan penghargaan terhadap diri sendiri dengan pujian dan sebagainya.
Selanjutnya kita perlu tetap memonitor perilaku. hingga kita benar-benar merasa nyaman untuk berperilaku asertif dalam berbagai kesempatan. Akhirnya kita sudah selesai untuk membahas tentang asertif.
Yuk mulai dari sekarang, kita harus berperilaku asertif, tinggalkan perilaku pasif dan agresif. Sekian dari saya, semoga bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.