Pada 1944, rakyat Indramayu melakukan perlawanan terhadap Jepang. Perlawanan rakyat Indramayu disebabkan oleh adanya kewajiban untuk menyetorkan hasil penanaman padi kepada Jepang. Di bawah pimpinan para tokoh rakyat Indramayu melakukan perlawanan terhadap Jepang secara besar-besaran hingga ke pelosok-pelosok desa. Pada 1904 Jepang mendarat di Indonesia Dan ingin berkuasa karena mengincar kekayaan sumber-sumber bahan mentah Terutama minyak bumi Yang dimanfaatkan untuk kepentingan perangnya Jepang pun berhasil merebut Indonesia dari tangan Belanda pada Maret 1942 Daerah Indramayu juga tidak luput dari perhatian mereka Pada 3 Maret 1942 Jepang mendarat di eretan Indramayu tempatnya di kampung Sumur Sere Pada saat itu Para serdadu Jepang yang umumnya berpangkat jenderal datang ke sebuah pendopo yang ada di Dramayu. Mereka pun menuntut penduduk setempat memberi hormat.
Siapapun yang menolak, maka akan dipukul atau ditriaki bagero yang berarti wuduh. Sejak saat itu, rakyat menjadi sangat murka terhadap Jepang. Kemarahan mereka memuncak pada saat ini.
saat penduduk Indramayu yang mayoritas bekerja sebagai buru tani, diwajibkan untuk menyerahkan hasil panen padi. Peristiwa ini yang melatar belakangi pemberontakan petani di Indramayu terhadap Jepang. Perlawanan rakyat Indramayu diperakasai oleh petani dan dipimpin oleh para ulama.
Beberapa tokoh Indramayu dalam perlawanan rakyat terhadap Jepang adalah Haji Manapura. Matrias, Haji Kartiwa, dan Kiai Serengsek. Pada Maret 1944, petani yang ada di desa Kampungan melancarkan protes karena masalah kewajiban Serah Padi.
Tentara Jepang yang ada di Jerebon setelah mendengar masalah itu segera datang dengan membawa satu mumpi truk melalui desa Kandung Bundur. Setelah itu, ditambah lagi satu truk polisi berisi senjata lengkap menuju ke desa Kampulungan. Sebelumnya, para petani di desa Kampulungan sudah memperhitungkan segala kemungkinan yang akan terjadi. Sehingga begitu pasukan Jepang datang, mereka sudah siap.
Para petani sudah mempersenjatai diri dengan aneka senjata Seperti bambu kunci, golong, tombak, dan geris Pertempuran pun terjadi yang menewaskan banyak kolbat dari kedua belah pihak Dari desa Kaplungan sendiri, ada empat orang yang meninggal karena ditembak tentara Jepang Yaitu Abdul Hasan, Tobul, Abdul Qadir, dan Hozin Adanya aksi protes dari rakyat Indramayu di desa Kaplungan Memobarkan semangat perlawanan juga di desa-desa lain Seperti desa Cidempel Terima kasih sudah menonton Pada 6 Mai 1944, pemberontakan pun meletus di Cidempet dengan sebab perlawanan yang sama. Tokoh-tokoh yang mempelopoli protes sosial di desa Cidempet sendiri. adalah Haji Madriyas, Haji Dulkarim, Sura, Karsina, Seliek, dan Tasiyah. Mereka lah yang memimpin ratusan hingga ribuan rakyat dari desa-desa kecamatan Loh Bener, Sindang, dan Losarang untuk melawan Jepang.
Setelah pecah pertempuran di desa Cidempet yang merempet hingga ke daerah-daerah lainnya Tidak lagi terlihat aparat pemerintah Jepang Baik sipil maupun militer datang ke sana Pihak Jepang memilih mengirimkan Haji Abdullah Fakih Untuk bernegosiasi dengan rakyat Indramayu Namun Haji Abdullah ternyata hanya bagian taktik Jepang untuk bisa menangkap para pemimpin Indramayu. Akibat strategi itu, banyak pemimpin yang berhasil ditangkap dan ditahan di sel tahanan pendukung Indramayu. Belum berhenti di situ, Jepang melanjutkan siasat mereka dengan menyebarkan pamplet. ke daerah-daerah isi pamplet tersebut adalah rakyat Indramayu diminta untuk menyerahkan diri ke pendomong dan tidak perlu khawatir karena semua akan dijaga dan dilindungi musik Rakyat yang tidak curiga pun mulai berdatangan ke pendopo. Perlawanan dari rakyat Indramayu terhadap Jepang berakhir, karena banyaknya para kiai dan ulama desa yang ditangkap.
Selain itu, peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia membuat Jepang angkat kaki dari Indramayu. Berontakan petani Indramayu yang berakhir pada bentrok fisik membuat korban jiwa berjatuhan. Banyak tentara Jepang yang tewas.
Begitu pula dengan para petani dan ulama yang bukur atau dipenjara oleh Jepang. Tenggaki demikian. Pasca perlawanan berlangsung, rakyat Indramayu justru semakin giat bekerja karena hasil panen tidak lagi disetorkan kepada Jepang yang telah angkat kaki dari Indonesia.